PanjiCara seorang Aji untuk menghindari konflik, yaitu dengan mengalihkan pembicaraan dari topik konflik dengan topik di luar konflik. Kalau lawan bicaranya masih menyinggung masalah konflik, dia akan lebih cerdik mencari topik lain. Aku harus belajar banyak darinya untuk menghindar dan tidak berlarut dalam konflik dan masalah hidup.
"Lucu?" tanya Aji sambil mengangkat sebelah alisnya.
Luculah. Suruh siapa menyanggupi diri mengerjakan tugas yang harusnya dilakukan berdua denganku. Tanpa melakukan diskusi apa pun pula. Ya, aku harus tertawa sekencang-kencangnya. Andai saja dia menghubungiku untuk bertukar pendapat atau setidaknya mengirim data yang tidak bisa ia kerjakan, pasti aku tidak akan berleha-leha di rumah tanpa mengerjakan apa pun.
Jangan dikira karena pekerjaan dibawa Aji semua, aku tidak mengerjakan apa pun. Beberapa data berupa soft file dikirim klien ke emailku. Jadi, sudah kupastikan summary yang dikerjakan Aji belum lengkap. Biar nanti aku kerjakan, karena summary itu harus di follow up dan nanti dikirim ke klien.
"Aduh! Gue lupa finger print." Bangku beroda penumpu badannya terhempas dan membentur bangkuku. Pemiliknya bergegas lari ke alat deteksi absen menggunakan sidik jari di dekat pintu masuk. Tak butuh waktu lama, ia sudah kembali lagi dan menarik bangkunya.
Dasar pelupa. Dia tipe karyawan yang sering berurusan dengan bagian personalia. Bukan karena sering terlambat masuk kantor, tapi, ya, seperti sekarang ini, keseringan lupa melakukan absen finger print. Berurusan dengan bagian personalia dan HRD itu sama seperti berurusan dengan guru BK di tingkat sekolah, kalau telat masuk ada hukumannya dari bagian yang bersangkutan tersebut. Bedanya kalau sekolah, hukumannya membersihkan toilet atau apa pun hukuman yang bersangkutan dengan sekolah, lain halnya dengan kerja, pemotongan salary secara mutlak tanpa adanya negosiasi. Kecuali kalau ada bukti CCTV yang memang menunjukkan kehadiran sebelum jam kerja berlangsung.
"Sebelum kita mulai pengujian, saya mau memastikan hasil observasi sama perencanaan," ujar Bang Kevin. Dia berdiri di ujung meja tepatnya di samping Bang Umar dan Aji. Tangannya yang ia letakkan di bibir meja, dijadikan tumpuan badannya.
Kebetulan kantor tempatku bekerja selama hampir delapan bulan ini kubikalnya pendek di setiap mejanya. Jadi, semua wajah di satu ruangan dapat dengan mudah terlihat. Lalu yang sering kulihat saat mereka sedang bergelut dengan jurnal-jurnal adalah wajah-wajah penuh ketegangan seperti penonton film horor.
Dalam satu tim, meja kerja saling berdekatan agar memudahkan koneksi dan komunikasi. Kalau meja kerja satu tim berjauhan, masa iya kami harus teriak-teriak atau mondar-mandir kalau ada yang ingin didiskusikan, tidak lucu bukan.
"Semua data pabrik udah dibuat summary, Bang? Enggak ada data yang kelewat, kan? Apalagi data krusial yang dibutuhin buat diaudit." Bang Kevin menatap Bang Umar dan Bang Rafli secara bergantian. Mereka pun mengangguk. Usia Bang Kevin memang beberapa tahun lebih muda dari Bang Umar. Namun, atas kegigihan dan loyalitasnya, Bang Kevin diangkat menjadi supervisor. Bukan karena Bang Umar kurang gigih dan loyal, tapi Bang Kevin sudah mendedikasikan dirinya lebih dulu di KAP ini. Jenjang karier di sini memang terbilang jelas. Loyalitas dan prospek kerja yang bagus akan memungkinkan kemudahan naiknya jabatan.
"Inventaris? Line production balance, utilitas mesin, terus anggaran produksi? Kualitas produksi sama produk jadinya sama sistem kerjanya gimana?" Bang Kevin memastikan data yang harus diperoleh untuk bahan audit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Mencintaimu ✓
SpiritualHanya dengan mencintai Tuhanku. Aku ikhlas menerimamu, ikhlas mencintaimu, dan ikhlas kehilanganmu. Namun bukankah ikhlas itu amatlah sulit untuk diraih? Sesulit menangkap buih di dalam lautan. Begitupun dengan keikhlasan cinta. Karena satu-satunya...