50. Kejutan Tak Terduga ✓

42 6 0
                                    

Nura

Kenapa perasaanku tidak enak. Di garasi terparkir mobil kijang jenis Inova. Aku sudah tahu itu mobil milik Om Adam, pamannya Mas Hasbi. Kok, jadi khawatir terjadi sesuatu hal dengan Eyang. Aku menggeleng kuat. Kubuang segala prasangka kotor. Om Adam pasti sedang mengunjungi Eyang karena rindu. Ya, kukira seperti itu. Mungkin Om Adam sedang ada waktu luang, dan ia sempatkan untuk datang ke sini.

"Assalamualaikum," salamku. Ratih mengikutiku di belakang.

Ramai, tapi aneh. Ada apa dengan ekspresi wajah mereka? Ada Om Adam, istrinya serta Ayunda. Yang lebih membuatku heran tiba-tiba Eyang berhambur memelukku.

"Nura ...." Eyang sesenggukan di bahuku.

Aku menenangkan dengan mengelus-elus punggungnya.

"Hasbi kecelakaan, Ra." suara Eyang tercekat isak tangisnya. "Hasbi sudah enggak ada." Suaranya tersendat-sendat. Namun, telingaku dengan jelas menangkapnya.

Tubuhku menegang lantas membeku. Tangan tak kuat untuk mengelus punggungnya lagi. Kepalaku seakan dihantam beton berkilo-kilo beratnya. Hancur, remuk hingga sekujur tubuh. Otakku beku hingga tak mampu berpikir. Lidahku kelu sampai rak mampu satu kata pun terucap. Mata ini kaku sampai tak sebulir air pun keluar darinya. Udara seakan enggan masuk ke dalam rumah ini, hingga terasa pengap dan aku kesulitan bernapas.

Aku menatap Om Adam meminta penjelasan darinya lewat sorot mata. Namun, dia malah menunduk dan menopang dahi. Mataku beralih kepada Tante Yuli. Dia juga menangis, memandangi kami berdua berpelukan. Kini mataku menatap Ayunda. Dia sama histerisnya dengan Eyang. Kumohon, beritahu aku apa yang harus kulakukan.

Hatiku kalut.

Langit yang tadinya muram kini ikut mengiringi tangisan Eyang. Petir seakan tahu betapa berkecamuknya hati ini. Ternyata kalimat-kalimat manisnya itu adalah kalimat terakhir darinya untukku? Kecupannya di keningku adalah kecupan terakhir kepadaku? Atau lebih tepatnya semua yang dia lakukan padaku adalah bentuk ucapan selamat tinggal? Ucapan sayonaranya adalah ucapan selamat tinggal yang tak akan pernah kembali lagi. Tidak, dia bilang padaku kalau kami akan segera bertemu. Dia berjanji akan memberikanku kejutan. Aku tidak boleh tertipu dengan lelucon ini. Semuanya hanya omong kosong. Ya, hanya omong kosong belaka.

"Mas Hasbi enggak kenapa-kenapa, kan, Eyang? Tadi Nura masih teleponan sama Mas Hasbi. Dia baik-baik aja." Tubuhku melemas. "Dia bilang mau kasih kejutan buat Nura."

"Nura juga mau kasih kejutan buat Mas Hasbi. Kalo Nura sekarang positif hamil, Eyang." Aku tertawa gamang. "Harusnya Mas Hasbi orang pertama yang Nura kasih tau, tapi Nura malah kasih tau Eyang duluan."

"Masya Allah." Eyang semakin erat memelukku. Tangisnya semakin menjadi.

"Ternyata Mas Hasbi bukan pembohong, Eyang. Dia bilang kita akan segera bertemu. Enggak lama lagi kita akan kembali ke Jogja. Dia memang pria penuh kejutan," kataku mulai meracau.

Mataku kabur, kepalaku merasakan pening luar biasa. Semua terasa berputar dan gelap.

~~~•~~~

2 jam yang lalu

"Udah, cari aja dulu tempatnya sesuai rekomendasi kamu, tapi ingat, harus yang bagus dan romantis. Kalo perlu tanya ke Erlin. Dia, kan, tau tuh tempat-tempat hits yang romantis," titah Hasbi pada Banyu melalui telepon.

"Tenang, bentar lagi juga aku nyampe. Udah dulu, ya, lagi fokus nyetir. Assalamualaikum."

Hasbi menutup telepon dan meletakkan ponselnya di atas dashboard.

Tidak seratus persen berbohong jika Hasbi pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan. Memang ia akan mendapat tender resepsi pernikahan dari kliennya di sana. Sekaligus akan mengurus rencananya untuk ulang tahun Nura. Seminggu lagi hari ulang tahun istri tercintanya. Ia berencana mewujudkan impian sang istri untuk menikmati gemerlap malam di tempat romantis di hari spesial. Tempat yang ia pilih adalah Jogja. Selain tempat di sana masih banyak yang asri dan menyatu dengan alam, sekaligus ada pesuruh yang bisa dimintai tolong untuk ia repotkan. Siapa lagi kalau bukan Banyu, sepupunya sendiri.

Hasbi akan memberikan kejutan kecil untuk Nura di hari ulang tahunnya dengan mengajaknya pergi ke suatu tempat yang sudah ia sewa. Banyu ia tugaskan untuk survei tempat yang cocok sesuai apa yang ia inginkan.

Hujan deras membuat jalanan licin dan genangan pada jalan berlubang. Dalam kondisi musim penghujan seperti ini memang harus hati-hati dalam berkendara. Tak lama lagi ia akan memasuki Provinsi Yogyakarta.

Jalanan sudah mulai ramai, padahal tadi saat hujan jalan sepi, mungkin karena banyak pengendara motor yang memilih menepi dan meneduh menunggu hujan reda. Kadang kala lucu melihat orang Indonesia. Sudah tahu di Indonesia hanya memiliki dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Itu pun sudah diprediksikan kapan musim penghujan tiba. Namun, banyak orang yang tidak mempersiapkan payung ataupun jas hujan, padahal sudah ada slogan "sedia payung sebelum hujan", tapi memang dasarnya manusia, sulit ditebak cara berpikirnya.

Ada beberapa motor yang berusaha menyalip mobil Hasbi, dan ada satu motor yang menyalip, tapi karena jalan licin dan kurang kendali, motor berpenumpang lelaki dan perempuan serta anak kecil di tengah itu terjatuh. Kontan Hasbi mengerem agar tidak menabrak pengendara motor yang terjatuh itu.

Hasbi menghela napas lega. Namun, takdir siapa yang tahu? Helaan napas leganya hanya berlaku sekejap saja. dari arah yang sama dari belakang mobil melaju dengan cepat truk bermuatan pasir. Supir truk kaget jika di depannya, mobil Hasbi berhenti mendadak. Ia tak sempat menginjak rem. Lalu ....

Bruk!

Di balik kemudi Hasbi kaget dengan benturan keras dan ia refleks memutar setir mobil ke arah kiri. Dengan benturan yang keras serta bantingan setir yang kuat membuat mobil terbanting dan menabrak pohon besar di trotoar jalan.

"Allahuakbar!" teriak Hasbi. Merasakan tubuhnya terbanting membentur pintu mobil. Darah segar merembes dari pelipisnya yang sobek terkena pecahan kaca akibat benturan keras antara mobil dengan pohon besar itu. Dadanya membentur setir.

"Abi ... Umi. Lailahailallah" rintihnya lirih.

Langit kembali menurunkan rintik hujannya. Seakan langit bersimpati dengan tragedi yang dilihatnya. Menyaksikan nasib anak manusia yang telah diangkat Tuhan. Agar anak manusia itu terlepas dari rasa sakitnya. Tak berlangsung lama erangan serta rintihan kesakitannya dan selesailah urusannya di dunia. Dia memejamkan mata untuk selamanya.

Banyak orang yang berusaha menolong meski dalam kondisi hujan. Pengendara motor selamat dan sudah diamankan ke trotoar. Sopir truk pingsan karena kepalanya membentur setir dengan keras.

Beberapa orang mencoba mengeluarkan Hasbi dari dalam mobil. Seorang pria menemukan ponsel Hasbi yang terjatuh di bawah kemudi. Pria itu lalu menghubungi nomor yang terakhir dihubungi Hasbi, yaitu Banyu.

~~~•~~~




Ya Allah sedih banget. 🤧

Dan makasih yang udah baca CM sampe chapter ini. Jazakumullah khairan khatsiran.

Boleh lah ngasih kritik dan saran, biar aku perbaiki yang masih salah-salah.

Cara Mencintaimu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang