56. Kebencian Atas Kebodohan ✓

31 5 0
                                    

Panji

Aku adalah salah satu dari jutaan manusia yang mencintai dan menghargai sebuah proses bahwa dalam sebuah proses tidak selalu mulus semulus pantat bayi. Kadang ada kendala dan hambatan, pantat bayi saja kadang mengalami iritasi dan ruam akibat banyak faktor. Keterhambatan sebuah proses juga terjadi karena banyak faktor.

Contoh realnya diriku sendiri sebagai junior auditor. Lulus dari fakultas akuntansi dan mencoba bekerja dalam bidang yang sejalur tidak menjadikan pekerjaan itu akan mudah untuk dijalani, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Salah satunya mental, atau bahkan mental adalah hal utama yang harus dipersiapkan oleh seorang junior auditor. Harus siap dan tebal kuping saat senior atau atasan memarahi karena sebuah kesalahan kecil atau klien yang bersikap menyebalkan. Dari hal itu aku tidak perlu memasukkan korek kuping ke daftar belanja bulanan Bunda. Karena aku tidak akan membutuhkannya.

Kami juga tidak bisa terlalu idealis dan berpatok pada teori yang didapatkan semasa kuliah. Sebab, survei membuktikan, teori yang kami dapat di kampus itu hanya 10% dan sisanya praktik langsung ke lapangan. Kemudian hal baru akan banyak kami dapatkan di lapangan, teori hanya sebagai penunjang keberlangsungan praktik lapangan.

Selain itu, kami juga harus selalu meng-up date tentang perkembangan-perkembangan terbaru, seperti PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan lainnya. Jangan sampai kami tidak tahu perkembangan dan nantinya berakibat menyalahi peraturan yang ada. Hal itu akan membuat malu KAP kami dan membuat auditing menjadi rancu.

Juga ... kami atau bahkan semua orang di bidang perkerjaan apa pun tidak boleh mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi. Aku pun saat ini sedang berusaha keras untuk tidak membawa masalah pribadi ke wilayah teritorial pekerjaan. Harus tetap bersikap profesional kalau tidak mau 'segala kemungkinan' akan terjadi padaku nantinya.

"Gue sebenernya kasihan sama lo, Nji. Baru kelar bulan madu ... malah langsung disuruh kerja berat," ujar Aji di sela langkah kami di lobi sebuah gedung perkantoran. Kami baru saja menukarkan kartu identitas diri dengan kartu visitor gedung dan akses pada resepsionis untuk masuk ke lantai yang akan kami tuju.

Aku menempelkan kartu akses pada access barrier gate begitu pun dengan Aji. Hari ini aku dan Aji diberi tugas oleh Bang Kevin selaku supervisor untuk melakukan observasi ke perusahaan klien. Kebetulan perusahaan yang akan kami audit adalah perusahaan yang baru bekerja sama dengan KAP kami. Jadi, harus dilakukannya observasi atau peninjauan langsung ke perusahaan klien untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat dari perusahaan tersebut. Untuk peninjau pabrik produksi, ditugaskan kepada rekan satu tim yang lain.

Setelah menunggu beberapa menit, ada lift yang terbuka, kami pun masuk. Aji memencet tombol tujuh belas karena klien kami berada di lantai tersebut. Hari ini bukan kali pertama aku memasuki gedung perkantoran setinggi 60 lantai ini. Sudah beberapa kali menginjakkan kaki di sini, kebetulan beberapa kantor klien berada di gedung ini.

Benar yang dikatakan Aji. Observasi itu 'kerja berat', apalagi bagi kami yang masih junior auditor yang jam terbangnya belum banyak. Kami harus mengenali dengan baik perusahaan klien, mengumpulkan data-data perusahaan dan data keuangannya, sumber daya, aktivitas yang ada di perusahaan, dan masih banyak lagi.

Apalagi kalau perusahaan yang ditangani adalah perusahaan besar, seperti perusahaan yang saat ini akan kami observasi. Perusahaan dibidang manufaktur pulp and paper ini adalah salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia. Gedung 60 lantai ini adalah milik  PT. Dwi Bagaskara, yang tak lain adalah calon klien KAP kami. Bisa dibayangkan berapa aset yang dimiliki perusahaan itu, ditambah lagi aset yang diperoleh dari penyediaan sewa ruang gedung bagi perusahaan lain. Fantastis.

Cara Mencintaimu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang