Panji
Keputusan akan selalu menuntut sang pelaku atas pertanggungjawaban segala pilihannya. Kadang aku takut dalam perihal tersebut, segala keputusan yang Allah hadapkan pada akhirnya benar-benar mengubah hidupku. Aku merasa berdosa pernah meledek Nura yang selalu kesulitan memetabolisme kinerja otak yang lamban menghadapi perubahan siklus kehidupan.
Dari kenyataan yang kulihat, dia mampu menjalani setiap pergeseran takdir yang begitu sulit ditebak dengan penerimaan. Kemudian jangan lupakan perkara syukur yang menjadikannya mampu menyikapi rasa-rasa dalam hidup, tapi untuk kondisi sebenarnya, bukankah hanya hatinya dan Allah yang tahu. Aku sebagai pihak luar hanya mampu menduga-duga secara kasat mata saja.
Aku menyayangkan waktu yang berjalan begitu lambat, padahal biasanya dari pagi ke siang, siang ke malam, apalagi malam ke pagi, cepat sekali berlalunya. Sampai-sampai waktu rebahan terasa kurang akibat waktu yang pendek. Aku mendesah, baru saja memuji orang lain dengan rasa syukurnya. Malah ternyata diri sendiri yang jauh dari rasa terima kasih kepada Sang Pemberi Nikmat.
Masalahnya, aku sudah tidak berminat dengan keramaian. Setelah sesi foto, Bunda dan Ayah sibuk berbincang dengan teman-teman mereka. Semua temanku dari segala tingkat sekolah, tadi sudah memberikan ucapan selamat. Beberapa sudah ada yang pulang karena kesibukan masing-masing, padahal ini hari Minggu. Sebagian lagi sekarang sedang merampok hidangan prasmanan terutama Jay dan kawan-kawan. Mumpung ada makan siang gratis, kata mereka.
"Woy! Istri lo yang itu, bukan yang di sana. Kenapa yang diliatin terus yang di sana?" tegur Jessica. Dia menunjuk Dina yang sedang mengobrol dengan teman-teman kuliahnya. Aku sudah tertangkap basah telah memandang wanita lain. Berkelit dan melakukan pembelaan bukanlah solusi, karena tuduhan dari perempuan bermata segaris itu benar adanya. Sekaligus, pada akhirnya pembelaan dalam bentuk apa pun tak akan diterima bila sosok yang dihadapi seorang wanita. Kembali lagi ke semboyan 'wanita selalu benar' menjadi harga mati.
Pelarian termudah bila melakukan zina mata dan sudah sadar akan perilaku tercela tersebut, yaitu mengalihkan pandangan serta beristigfar untuk meminimalisir rasa takut. Sering kali, setelah melakukan dosa ... hati akan merasakan kegelisahan dan ketakutan. Kemudian dalam diri menaruh janji untuk tidak mengulangi dosa yang sama maupun dosa lainnya. Namun, sifat fujur selalu ingin andil dalam diri serta segala bentuk bujuk rayu makhluk metafisik yang selalu menginginkan adanya kemungkaran pada manusia. Jadi, teruslah dosa itu terulangi bahkan bertambah dengan keburukan lain yang menyertai.
"Jangan-jangan ... lo ada sesuatu sama Nura," tebaknya.
Kalimat istigfar semakin kulangitkan mendengar tebakan yang menjurus ke tuduhan itu. Apakah pergaulan mempengaruhi kebiasaan seseorang? Aku rasa, keseringan bergaul dengan Aji menjadikan bakat gadis dewasa di sampingku itu terasah di bidang percenayangan. Sebenarnya, kalau urusan tebak-menebak pikiran sudah kuanggap biasa karena Aji pun sering melakukannya. Yang kubingungkan, kenapa dia juga tahu nama objek yang dari tadi kulihat.
"Lo kenal?" Keningku berkerut saat menanyakan itu.
"Tadi Aji yang ngenalin, sempet ngobrol juga sebentar," jelas Jessica. Aku membayangkan interaksi mereka sedikit kaku akibat sifat tertutup Nura. Berhadapan dengan orang baru menjadi momok menegangkan bagi Nura karena otaknya harus menyusun beberapa kosa kata agar dilontarkan mulut untuk sekedar menyapa atau menjawab pertanyaan, sebatas itu saja. jangan pernah berharap untuk mendapatkan pertanyaan lanjutan darinya karena itu mustahil terjadi.
"Ternyata dia orangnya asyik, beda sama pembawaannya yang kalem," sambungnya. Sepertinya dari tadi aku belum meminum setetes pun air hingga membuat saliva sulit tertelan. Saat Aji dan Jessica dengan mudah menebak pikiran, padahal mereka tidak mengetahui kondisiku, kenapa aku tidak bisa menebak satu hal yang bahkan sudah kupahami sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Mencintaimu ✓
SpiritualeHanya dengan mencintai Tuhanku. Aku ikhlas menerimamu, ikhlas mencintaimu, dan ikhlas kehilanganmu. Namun bukankah ikhlas itu amatlah sulit untuk diraih? Sesulit menangkap buih di dalam lautan. Begitupun dengan keikhlasan cinta. Karena satu-satunya...