"Alleta, di panggil Bu Emira tuh, suruh ke ruangannya." Teriak salah satu siswa dari luar kelas.
Alleta menghentikan aktivitas mencatatnya. Kepalanya mendongak mencari orang yang memanggilnya, "Sekarang?"
"Yoi, buruan."
"Letta lo ada apa di cari bu Em," tanya El penasaran.
Letta menggeleng sambil menaikkan bahunya sebentar. "Engga tau,"
"Ya udah buruan gih, ntar penting lagi," sahut Ayuri di sampingnya.
"Ya udah gue kesana duluan," jawabnya cepat.
"Eh tunggu,"
Tiba-tiba tangannya di pegang oleh Loria.
"Mau ditemenin nggak? Siapa tau nanti nyasar lagi," ujarnya sambil cengengesan.
"Halah, bilang aja mau modus kan lo," sahut Ayuri cepat.
"Pikiran lo negatif mulu deh sama gue. Ya siapa tau nanti Letta amnesia gitu. Sekolah ini luas broo. Tingkat 5 noh." paparnya. Tangan kanannya di angkat dan di renggangkan jari-jarinya memperlihatkan sebuah bilangan.
Letta buru-buru menepis tangan Loria pelan. "Ga usah Loria, gue udah hafal kalo cuma ke kantor guru. Lantai 2 deket taman buatan kan," Letta menjelaskan dengan sabar. Takut Loria salah paham.
Flo yang semula hanya diam saja dengan kepala di rebahkan kemeja tiba-tiba berdiri menghadap Letta. "LETTA, buruan lo berangkat. Jangan di ladenin mereka. Ga bakalan kelar," sergahnya keras.
"Dan kalian, diem deh. Ganggu gue tidur aja. Capek gue denger ocehan lu berdua," imbuhnya bagaikan pake cabe sekilo. Nggak maen-maen pedasnya.
Pantesan cowok pada ciut nyalinya buat ngedeketin Flo. Padahal dia jomblo. Matanya menatap tajam dan tangan Flo menunjuk Ayuri dan Loria bergantian.
"Oh, oke gue berangkat ya. Dadaa," jawab Letta cepat-cepat sambil berlari kecil.
Loria dan Ayuri mengerucutkan bibirnya. Mata mereka beradu menatap tajam wajah Flo yang datar tanpa ekspresi.
"Kenapa? Suka sama gue. Buruan nyatet lagi. Ntar gue pinjem," ujarnya sadis. Flo membalikkan badan dan kembali menidurkan kepalanya di meja."Anjir, enak banget ya idup lo, maen nyalin-nyalin aja," teriak Ayuri mencak-mencak tidak terima.
"Dasar, emak-emak. Ngomel mulu kerjaannya," dengus Loria kesal, tangannya berganti merogoh hp di kantong roknya dan memainkannya.
Sedangkan Ayuri merenggangkan kedua tangannya ke atas, "Aduuh tangan gue keriting nih, capek banget sumpah," keluhnya.
Jam pelajaran terakhir memang sedang tidak ada guru. Mereka mendapat tugas mencatat materi yang di bawa ketua kelas. Jadilah kelas mereka bagaikan kapal pecah. Ada yang keluar, maen hp, ngegame, tidur, dandan, curhat. Intinya semua sudah tidak pada tempatnya. Hanya Ayuri dan teman-temannya yang tetap pada tempat duduknya, mereka mencatat meski tidak banyak sesekali bercanda tanpa menimbulkan kegaduhan yang berarti.
×××
Alleta baru saja keluar dari ruang guru. Di tangannya tampak sebuah seragam olahraga yang masih baru berbungkus plastik bening. Ia melirik kesana kemari.
*Ngga sia-sia gue sekolah disini-*
Seutas senyum mengembang di bibirnya. Matanya tak berhenti menatap ruangan-ruangan yang berada di sampingnya. Puluhan piala terpajang rapi di lemari kaca yang di letakkan tiap sudut koridor sekolah. Sesekali melihat takjub pemandangan luar yang ada di sampingnya tepat di sisi pagar pembatas.
Kemudian tangannya beralih mengambil ponsel yang ada di sakunya. Mengeceknya sesekali tertawa kecil melihat roomchat squad barunya.
Tiba-tiba,
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Roman pour AdolescentsAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...