Di kelas XI IPA 5 tampaknya sedang bersorak kegirangan. Pak Bowo baru saja keluar setelah marah-marah dan tidak mendapat tanggapan dari mereka.
Diam?? Bukan! Mereka hanya malas menanggapi. Sudah sering seperti ini. Bahkan hampir tiap mata pelajaran. Hanya saja enggan meladeni dan memilih sibuk sendiri-sendiri. Dasar murid serasa sultan mah Bebas.
Sekerumpulan cowok teman dari Deviant and the geng kembali berulah. Yang tadinya berada di kursi masing-masing kini mendadak memojok di meja Ben, salah satu anggota geng bernama "Arsenio"
"Dari tadi ga usah masuk juga gapapa ya ellah. Ribet amat sih," ujar Ben, salah satu anggota geng Arsenio di sekolah ini. Tangannya bertumpu pada meja dengan mata tak beralih dari game yang ada di ponselnya.
"Tau tuh, tinggal free class sehari aja apa salahnya sih," Redo temannya pun ikut menimpali.
"Yoi bru, kasian emang udah tua mesti bolak-balik. Mending kasih tugas aja udah." Tambah Zayn seketika menerawang postur Pak Bowo yang terlihat membungkuk faktor usia.
"Biasa jiwa muda. Wakakakakakka." Balas Ozi menimbrung pembicaraan teman mereka.
Sontak mereka tertawa. Begitulah jika sedang kumpul, dikit-dikit ketawa, selera humornya memang sedikit absurd.
"Eh, tapi siapa tuh cewek yang lewat tadi. Kok gue belum pernah liat ya?" Tiba-tiba Vin menyela pembicaraan.
"Gue sama, kayaknya calon gue deh entar lagi," jawab Ben nyengir tak bersalah.
"Kampret, milik gue itu," ujar Zayn tak mau kalah. Tangannya dengan enteng menampar pundak Ben.
"Halah lo pada, muka lu aja ga ada bagus-bagusnya. Mana mau tuh cewek sama kalian?" Tolak Vin mentah-mentah.
"Why not, jodoh gak mandang rupa bro," celetuk Ben dengan memasang gaya bersedekap sambil membenarkan jambulnya sok kegantengan.
"Bener tuh, lagian gayaan lo ngomong begitu, mana yang katanya tampan, ngedeketin satu cewek aja ga dapet-dapet, jiaaa ahahahahahaha," Zayn sengaja memancing emosi Vin sambil tertawa keras-keras.
Mampus lo !!!
"Seenggaknya gue itu setia ga kayak kalian genit-genit teros sama cewek." Ujarnya telak dengan ekspresi tetap tenang menyandarkan tubuhnya di tembok, stay cool.
"Eh sorry nih, gue orangnya setia sama Ayuri jadi, lo, lo aja, gue enggak ikutan," timpal Ozi menunjuk Ben, Zayn dan Redo.
"Iya yang udah jadian, pamer terooss," ledek Ben.
"Mesra-mesraan teross,"
"Sayang-sayangan teross,"
"Gandengan teross,"
Ozi merasa dirinya di pojokkan, "Setan lo pada," sarkasnya jengah pada teman-temannya.
"Nanti putus nangis-nangis dah lo,yaa hahahahaha," seketika Vin yang tenang menjadi tertawa-tawa diikuti teman-teman yang lain, senang bisa membalas temannya yang satu ini.
"Gini nih, punya temen pada gak tahu diri semua kampret." Dengusnya sambil mengumpat.
"Eh, si Vian belum nongol-nongol batang idungnya?" Tambahnya seketika, mengalihkan pembicaraan.
"Gampang, palingan dia di basecamp ato engga di markas." Jawab Vin.
"Mantap banget jadi tu orang, idupnya gitu-gitu aja perasaan. Tapi kok jenius banget ya? Kita-kita kayaknya sama deh kek dia. Kok ga pinter-pinter sih," curiga Ben.
"Jangan-jangan tuh anak jampi-jampi pake dukun lagi. Biar bisa nyogok guru," celetuk Redo sambil cengengesan.
"Bodoh lo. Lo pikir mentang-mentang Vian yang tajir tujuh turunan gak bakalan habis itu ga punya otak apa? Dia kek gitu karena emang dia jenius. Otaknya dia aja udah kek setara sama Albert Einstein tuh. Lo aja yang bego, udah bego di pelihara mulu dah. Heran gue punya temen kek elu," balas Vin dengan sarkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Teen FictionAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...