Suara riuh dari kelas XI Ipa 5 terdengar sampai luar. Pagi ini pelajaran matematika berubah jadwal menjadi jam pertama.
Hal itulah yang menjadi alasan keriuhan kelas tersebut. Masalahnya ada tugas yang diberikan oleh Pak Bowo dan belum sempat mereka kerjakan karena mengira Pak Bowo tidak akan datang karena ada rapat dari dinas pendidikan.
"Ampun dah, gue kira tuh guru ga bakalan masuk. Eh taunya malah ganti jam," keluh salah satu siswa.
"Buruan woy, gue pinjem. Lama amat dah," celetuk Ben yang sejak tadi menunggu Redo menyalin jawaban dari Vian.
"Bentar ah, gue belom selesai ini," ucap Redo tak mau kalah.
"Lo serius nulis apa ngitung semut?" ujar Zayn kelewat kesal.
"Anjir, tadi lo pada ga mau ngasih gue contekan. Ternyata pada gak ngerjain juga," sarkas Redo sambil tersenyum jahil.
"Lah itu, karena kita juga ga tau makanya ga ngasih tau lo, bego banget," jawab Ben.
Redo hanya manggut-manggut, lalu kembali melanjutkan menulis.
"Ke kantin yok, capek gue disini. Rame banget dah," ucap Ozi pada teman-temannya.
"Boleh juga, tapi lo yang bayar ya," cengir Zayn merasa tak bersalah.
"Giliran gratisan langsung nyaut aja lo." Jawab Ozi lalu tertawa.
"Ayo, gue ikut," ujar Vian berdiri dan langsung berjalan lebih dulu.
"Nah, tuh anak sultan mau. Dah yuk cabut. Mumpung gratis," celetuk Ben sambil berlari mengejar Vian.
Vin menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya itu. "Giliran makan aja cepet bener tuh orang,"
"Kayak baru kenal aja lo. Cabut," Ozi dan teman-temannya kini bergegas meninggalkan kelas yang berisik sebab menyalin tugas.
"Eh, gila ya. Punya temen kampret semua. Gue ditinggalin? Bener-bener laknat dah," Redo yang merasa gusar kini mencak-mencak dikelas.
Setelah selesai ia langsung berlari menyusul teman-temannya.
"Woy, emang ga ada akhlak lo pada. Tega banget dah gue ditinggalin." Omelnya ketika sampai di kantin.
"Nih makan, ngomel mulu kek emak-emak." Ujar Vin menyodorkan sepiring batagor.
"Gini dong daritadi," ucapnya berbinar melihat sepiring batagor lengkap dengan bumbu kacang dan mentimun.
Mereka menikmati sarapan sambil bercanda satu sama lain. Tak jarang Zayn dan Redo menggoda siswi yang lewat didekat mereka, hingga gelak tawa memenuhi kantin.
"Uhuk,"
Vin tiba-tiba tersedak dan buru-buru menenggak minumannya.
"Hati-hati dong kalau makan, bikin orang kaget aja," ucap Ben pada Vin.
"Tau lo, liat apaan sih. Cewek cantik ya?" ujar Redo menimpali.
Vin menggeleng, "Lo pada, gak buka ponsel?" tanyanya balik pada temannya.
"Ponsel gue dikelas, ada apaan?" Ucap Ozi memandang Vin.
Vian menatap Vin seolah menunggu jawaban. "Ini tentang lo," ucap Vin membalas tatapan Vian.
"Terus?"
Vin menghela nafas sebentar, lalu beralih memandangi teman-temannya satu persatu. Kemudian tatapannya terkunci pada sosok Vian.
"Lo terciduk berduaan sama Alleta," ujarnya dengan nada datar.
Vian tercekat, tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Fiksi RemajaAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...