ND Part - 11

3.8K 264 98
                                    

Mau tak mau Alleta akhirnya mengalah. Dirinya ikut dengan Vian, entah kemana laki-laki itu akan mengajaknya pergi. Lagipula berdebat dengan Vian memang tak akan berhasil.

Langkah mereka terhenti diparkiran, sesaat Alleta merasa kikuk. Pandangannya mengarah pada motor didepannya, "Ini motor siapa? Bukannya motor lo masih kotor ya?'' tanyanya dengan nada canggung.

"Motor Vin," jawabnya datar.

Alleta ber-oh ria. "Naik," ujar Vian menginterupsi lamunannya.

Bukannya segera naik, Alleta malah memperhatikan motor didepannya dan kembali menatap seragam yang dikenakannya, "Gue gak bisa naik, lo gak liat gue pake rok," jawabnya judes.

Vian menatapnya sesaat dan menghela nafas panjang lalu kembali turun.

Alleta mengernyit heran ketika Vian melepas jaketnya, "Kenapa turun? Lo mau ngapain?" Tanyanya kebingungan.

Vian menyerahkan jaketnya pada Alleta, "Pake jaket gue, buat nutupin rok lo."

"Eh ga usah, nanti bisa.."

"Ini PERINTAH," ucapnya memotong pembicaraan Alleta.

"Ya udah sini." Jawabnya menerima jaket sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

Setelah selesai, Vian menekan pedal gas dan melajukan motornya memecah keramaian jalanan di sore hari. "Lo mau bawa gue kemana?"tanya Alleta ketika di tengah perjalanan.

Lagi-lagi ucapannya hanya sebagai angin lalu, Vian sama sekali tak menjawab, merespon saja sama sekali tidak. Dasar laki-laki menyebalkan sungutnya.

Setelah beberapa menit, Alleta tersadar bahwa ini adalah jalan kerumahnya. Sejak kapan dia tahu rumah gue? Tanyanya membatin.

Mereka berhenti di sebuah cafe mungil yang berada tak jauh dari kawasan perumahan elit tepat dimana Alleta tinggal.

"Turun," titahnya.

"Iya bentar, ini gimana turunnya? Bantuin napa?" Ucapnya merajuk.

"Manja."

Alleta mengerucutkan bibirnya, "Kaki gue sakit tau," rengeknya.

"Ya udah sini," ucapnya mengalah dengan mengulurkan tangan untuk membantu Alleta turun dari motornya.

Setelah membantu Alleta, Vian berjalan terlebih dahulu memasuki cafe yang bergaya vintage dengan didominasi kayu sebagai material utama.

Ia memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela. Selain karena tempat duduknya yang tidak terlalu formal namun pemandangan luar yang disuguhkan juga menjadi daya tarik tersendiri.

Sementara Alleta melongo tidak percaya, laki-laki itu meninggalkan dirinya yang tengah bersusah payah berjalan. Sialan, dasar laki-laki tidak peka umpatnya dalam hati.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang