ND Part - 9

4.3K 296 101
                                        

Tak selang lama, tanpa bertanya lagi, Vian menggendongnya didepan ala bridal style.

Alleta yang merasakan tubuhnya terangkat dengan refleks mengalungkan tangannya ke leher Vian.

Alleta tidak menyangka bahwa laki-laki tersebut akan menggendongnya.

Dirinya tiba-tiba berprasangka buruk dan tidak enak. Ia merasa takut, melihat bagaimana marahnya Vian tadi.

Ia berpikir bahwa Vian kalap dan melakukan apa saja demi melampiaskan kemarahannya.

Dan jangan-jangan dia lah yang menjadi sasarannya sekarang. Sebab, kakinya masih sakit. Jadi akan mudah untuk menaklukkannya bukan.

Alleta segera menggeleng. Ia mencoba menepis pikiran negatif yang singgah dalam benaknya.

Sesaat tubuhnya merasa memberi kode untuk melakukan hal lebih. Yaitu memberontak.

"Eh, turunin gue" pintanya memukul-mukul dada bidang milik Vian.

"Lo mau ngapain, gue mau di bawa kemana?" ucapnya keras setengah memberontak.

Alleta mendelik, "Jangan-jangan lo mau balas dendam ya sama gue?"

"Iya gue tau gue salah, gue minta maaf. Kalo mau ngehukum gue, nanti aja. Kaki gue sakit, " ringisnya memohon.

Kini ia sudah tidak menangis lagi, hanya sisa air mata yang membuat matanya sembab dan masih memerah.

Namun ucapannya tak dihiraukan sama sekali. Laki-laki itu terus berjalan tanpa melirik Alleta sekalipun.

Alleta mendengus kesal. Ditatapnya dalam-dalam wajah Vian dari bawah.
*Ngeselin sih, tapi ganteng juga kalo dilihat gini. Gimana dong?-* batinnya bergejolak.

"Kenapa natap gue kek gitu? Lo suka sama gue?"

Alleta yang ketahuan menjadi gelagapan sendiri. "Siapa yang liatin lo. Engga!"elaknya.

"Gue tau gue ganteng, lo gak usah ngelak lagi."

Alleta mengerutkan dahinya. Ini orang kenapa PD banget sih. Batinnya bertanya.

"Eh, lihat siapa tuh"

"Wah, tuh cewek kenapa?"

"Astaga itu cewek murahan banget, mana sok-sokan minta di gendong lagi"

"Gila, cocok banget mereka"

"Mau dong jadi ceweknya"

"Menang banyak tuh si Vian"

"Eh siapa tuh cewek, beruntung banget dia bisa di gendong Vian"

"Oh good, si Vian ternyata masih waras ya. Gue kira homo"

"Enak banget bisa di gendong kek gitu"

"Seandainya gue yang di gendong"

"Aaa, gue gak rela. Itu cewek beruntung banget"

"Mereka pacaran ya? Kok gue gak tau?"

"Sejak kapan Vian deket sama cewek"

"Kapan mereka jadian"

"Lah Vian tumben masih di sekolah, biasanya udah pulang aja tuh orang"

"Apa-apaan dasar cabe-cabean gak guna"

"Itu pacarnya ya? Gercep banget dia"

"Sumpah itu cewek cakep abis. Buseet langsung embat aja tuh"

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang