Hari ini adalah hari dimana Alleta akan di operasi. Namun, dia sama sekali belum tahu siapa yang rela akan mendonorkan mata untuknya.
Perasaan Alleta campur aduk, antara senang karena bisa melihat lagi dan takut apabila operasinya tidak berjalan sesuai harapan.
Namun, kedua orang tua Alleta memberi semangat dan terus mendukung agar Alleta benar-benar siap tanpa harus memikirkan hal yang membuatnya takut.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dan kesiapan. Alleta memasuki ruang operasi. Lampu operasi dinyalakan. Prosedur operasi mulai dilaksanakan. Kini dua orang di tempat berbeda tengah berjuang untuk secercah kebahagiaan.
Mungkin, setelah ini keduanya tidak dapat bersama lagi. Atau mungkin hanya sementara. Tidak ada yang tahu rencana Tuhan. Entah akan ditakdirkan bersama atau berpisah.
Operasi yang berlangsung selama dua jam akhirnya berjalan dengan lancar. Kini, Alleta telah dipindahkan ke ruang rawat. Ada rasa lega ketika melihat Alleta yang telah menyelesaikan tahap operasinya.
Davin menatap Alleta yang tengah berbaring. Ia bimbang, apa yang akan dia ucapkan pada Alleta setelah ini. Bagaimana jika Alleta mengetahui fakta yang sebenarnya.
Apakah Alleta akan menerimanya atau malah semakin terpuruk. Jujur, Davin tidak tega melihat Alleta yang tersiksa setiap harinya. Tapi disisi lain dia juga merasa bersalah karena tidak bisa membantu Alleta.
***
Sebagaimana yang telah dokter katakan sebelumnya, hari ini Alleta telah diperbolehkan untuk membuka perbannya. Alleta benar-benar cemas. Ia takut jika matanya belum bisa melihat seperti pertama kali Alleta membuka mata.
Vani menggenggam erat tangan Alleta yang terasa dingin. Sebagai seorang ibu, ia tahu betul bagaimana perasaan anaknya saat ini. Tapi, dia tidak boleh lemah dihadapan anaknya.
Sebab, Alleta perlu ibu yang kuat untuk menemaninya bangkit dari keterpurukan. Kini, secercah harapan perlahan bisa Alleta gapai.
Perban yang dibuka penuh hati-hati oleh dokter. Lalu mengisyaratkan Alleta untuk membuka matanya. Alleta mulai menggerakkan sedikit matanya, ada rasa perih dan mengganjal ketika ia mulai mencoba membuka matanya.
Alleta mengembukan napas perlahan dan memberanikan diri membuka matanya. Samar-samar cahaya mulai masuk dalam retinanya. Pelan tapi pasti, Alleta bisa melihat dengan jelas orang-orang yang ada disekitarnya.
"Ma," satu ucapan terlontar dari mulutnya.
Alleta langsung mendekap tubuh mamanya erat-erat. "Ma, Alleta bisa lihat lagi." Gumamnya penuh syukur. Davin dan Radit turut tersenyum. Mereka sama-sama bahagia.
Davin menatap Alleta penuh haru. Tidak sia-sia usahanya menemani Alleta ketika terpuruk. Kini, Alleta bisa kembali tersenyum. Davin bahagia, sungguh.
"Karena masih dalam pemulihan, tolong jangan berenang dulu. Dan pastikan untuk tetap kontrol sesuai jadwal untuk memastikan bahwa mata telah sembuh total," ujar dokter memberi saran.
"Baik dok, terimakasih." Ucap Radit mewakili Alleta.
***
Kini, Alleta bisa kembali melihat indahnya dunia. Sejak di mobil, Alleta tidak mengalihkan pandangannya dari kaca mobil. Ia begitu menikmati keindahan di samping jalan yang begitu ia rindukan.
Satu nama kembali terngiang dalam benak Alleta. Ia tersenyum samar, tidak sabar untuk segera pulih dan menjenguk Vian. Rasanya, sudah cukup lama dia tidak mengunjungi Vian. Terhitung semenjak Alleta harus menjalani pemeriksaan sebelum operasi.
Vian, cepet sembuh. Gue janji bakalan temenin lo berjuang disaat-saat sulit dan gue bakalan nunggu sampai lo bangun. Ucap Alleta membatin.
Alleta turun dari mobil. Menatap rumah yang beberapa hari belakangan tidak bisa ia lihat. Pandangannya terkunci ke arah balkon kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Genç KurguAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...
