Jika kemarin adalah hari paling bahagia menurut Vian, mungkin kali ini akan berbanding terbalik. Ya, entah apa yang ada dipikirannya. Ia merasa jika bakal ada sesuatu yang buruk.
Saat ini ia sedang berada di pintu ruangan kerja Papanya. Ia ragu, akan membuka pintu atau tidak. Sebab, pengalaman dari sebelumnya. Jika sudah di panggil seperti ini, pasti ada hal penting yang akan Papanya katakan.
Bukannya Vian tidak mau, tapi jika sudah begini dipastikan ini lebih penting dari urusan pertemuan bisnis biasa atau sejenisnya.
Menghembuskan napas perlahan, tangan Vian terulur untuk membuka gagang pintu berwarna emas tersebut.
Tubuhnya menegang mendapati tatapan dingin papanya yang mengarah padanya. Sumpah demi apapun, tatapan papanya itu lebih menyeramkan daripada seribu musuh sekalipun.
Atmosfer didalamnya terasa canggung. Apalagi Vian memang jarang bertemu Papanya. Sekalinya bertemu pasti akan membahas urusan bisnis dan bisnis.
Itupun jika sempat bertemu, jika tidak, pasti papanya menyuruh Louis orang suruhannya yang menyampaikan pesan untuknya. Dan itu adalah syarat mutlak yang harus ditepati.
"Adrien, papa rasa ini sudah waktunya." Ujar papanya mengawali pembicaraan. Tangannya memakai kacamata agar penglihatannya lebih jelas.
Vian mengerutkan keningnya, namun tetap diam enggan mengeluarkan suara apalagi sebuah tanggapan. Ia akan menjawab jika dirasa itu perlu. Selebihnya, ia diam. Sebab mau sebanyak apapun ia bicara pasti akhirnya juga tidak akan diterima oleh Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Teen FictionAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...