ND Part - 15

3.3K 207 71
                                    

Special Double Update 🥰

Jangan lupa vote

♥️Happy Reading♥️

Vian baru saja sampai rumahnya. Dengan langkah ogah-ogahan dirinya membuka pintu. Seperti biasa, suasana sepi didapatinya.

Papanya entah dikamar atau belum pulang, pembantunya pasti sudah tidur. Dirinya memang pulang sangat larut, jam dinding menunjukkan pukul setengah satu malam.

Setelah dari rumah Alleta, ia memutuskan untuk pergi ke basecamp bergabung dengan anak-anak Arsenio yang lain.

Ia mengedarkan pandangan keseluruh ruang tamu. Kosong, sunyi itulah yang ia peroleh. Perlahan ia tersenyum hambar.

Inilah alasan ia jarang pulang. Sejak kejadian di masalalu, rumahnya menjadi hampa. Tidak ada lagi kehangatan dan keharmonisan sebuah keluarga.

Orang bilang, rumah adalah tempat untuk mencurahkan segala keluh kesah dan keluarga adalah rumah untuk pulang.

Namun, hal itu tidak berlaku lagi baginya. Semenjak mamanya memutuskan untuk pisah ranjang, ayahnya menjadi orang yang gila kerja.

Hampir setiap hari ayahnya pergi untuk urusan bisnis. Mereka jarang bertemu, jangankan untuk menanyakan kabar. Melihat satu sama lain saja rasanya sangat sulit.

Ayahnya hanya bertemu dengannya disaat akan ada urusan bisnis. Itupun harus Vian setujui, jika tidak ayahnya tidak akan segan-segan untuk bermain tangan.

Retaknya kehidupan rumah tangga orangtuanya menjadi pemicu hidupnya berantakan. Tidak ada perhatian yang ia dapat.

Sejak saat itu dirinya tidak memiliki sosok yang dapat ia jadikan panutan. Hampir setiap hari ia habiskan waktunya untuk melakukan hal-hal yang menurutnya bisa membuatnya melupakan masalahnya.

Vian memang terlahir di kehidupan serba ada, harta berlimpah, namun apa artinya harta jika tidak ada kebahagiaan didalamnya?

Langkahnya menaiki tangga yang menuju kamar, Vian menghempaskan tubuhnya diranjang king sizenya. Matanya memandang langit-langit kamarnya.

Sekelebat bayangan muncul didepannya. Tawa mamanya terukir indah disana, terlihat betapa bahagianya papanya ketika menggendong Vian kecil ketika dirinya berumur 5 tahun, waktu mereka liburan ke Jepang.

"Ayo papa kejar aku," Vian kecil berlarian menghindari kejaran papanya.

"Sayang, pelan-pelan nanti kamu jatuh," ucap mamanya memperingati.

"Ayo papa" Vian kecil semakin gencar berlari hingga tak menghiraukan mamanya.

"Tunggu ya, papa akan menangkapmu," Papanya nampak bersiap-siap seperti akan menerkamnya.

Dengan gesit Vian menghindar lalu berlari memeluk mamanya, "Yeee engga kena engga kena hahahaha," sambil meledek papanya yang terjatuh gara-gara ingin menangkapnya.

"Mama, aku lapar," Vian kecil merengek sambil menarik-narik baju yang mamanya gunakan.

Mamanya berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Vian kecil "Kau lapar sayang, kau mau makan apa hem?" sembari mengelus puncak kepalanya.

"Mau ice cream," jawabnya sambil menunjukkan puppy eyes miliknya.

"No, no, papa tidak memperbolehkan. Kita makan siang dulu baru beli ice cream, bagaimana?" Papanya mengambil alih berbicara sambil mendekati mereka berdua.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang