"Jadi, si Davin datengin rumah lo? Sumpah demi apa?" Teriak histeris Loria tidak percaya atas apa yang barusan ia dengar.
"Ishh, suara lo bisa pelan gak? Jangan heboh gitu kenapa sih?" Ucap Alleta cemberut.
"Iy-iya sorry, abis gue gak nyangka gitu. Aaaa gue mau kali di datengin dia," jawabnya tak tenang mulai berkhayal aneh-aneh.
"Loria apaan si, ini kan si Davin ngebantu Alleta. Mana mungkin dia kesana cuma main-main doang," cibir Ayuri tidak terima.
"Eh bentar-bentar," jeda El menyela pembicaraan. "Dia tau rumah lo darimana? Perasaan kita gak pernah ngasih alamat rumah lo?" Tanya El penasaran.
"Iya juga sih, dia gue tanya ga ngaku." Jawab Alleta lesu.
"Ah udah deh, ga usah dibahas lagi, yang pentinh lo udah masuk. Ga lupa kan dua hari ada apaan?" Senggol Ayuri menggoda Alleta.
"Astagaa, mana mungkin gue lupa. Asal kalian tau ya, Davin kemarin yang nyemangatin gue nyuruh biar gue masuk buat ikutan seleksi. Katanya biar bisa lomba bareng dia. Aaaa gue baper banget," cerita Alleta menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan berusaha menyembunyikan pipinya yang blushing.
Flo menggeleng acuh, "Cerita aja lo blushing, gimana pas dia ngomong langsung sama lo. Kayaknya udah jadi cacing kepanasan deh lo." Sinis Flo pada temannya.
Alleta memberengut kesal, Flo memang begitu orangnya. Tidak pernah membiarkan temannya bahagia, ucapannya yang begitu ceplas-ceplos membuat sahabatnya ingin menguncir mulutnya.
"Gini nih, punya temen senengnya ngajak ribut. Ga bisa apa pura-pura ikutan seneng liat temennya bahagia."
"Lo gak tau sih, emaknya ngidam cabe dan mercon. Makanya hasil jadinya begini," ucap Loria makin sinis.
Flo mengendikkan bahunya pelan "Seenggaknya gue gak baperan dan bucin kaya kalian,"
Ayuri memeletkan lidahnya pura-pura muntah mendengar ucapan Flo yang datar, "Pantesan jomblo kagak laku," celetuknya.
El menatap sahabatnya itu sambil berkacak pinggang, " Heran deh gue sama kalian, ribut mulu kerjaannya. Giliran ada yangg ga masuk mellow-mellow. Flo juga, ngomongnya jangan frontal-frontal. Kalian juga, udah tau Flo orangnya ga pekaan masih aja di gituin."
"Uuuu sayangg," ucap Loria tiba-tiba memeluk El dengan erat.
Memang begini tingkah mereka, meskipun belum lama kenal. Alleta sudah bisa mengimbangi segala sikap mereka. Bahkan ia merasa bahagia berada ditengah-tengah mereka.
Ayuri menatap keduanya lalu mengalihkan pandangannya merasa jengah "Dahlah, males aku," sewot Ayuri.
***
Alleta berjalan menyusuri lorong hendak menuju kelasnya setelah dari toilet. Ia mengarahkan pandangannya kesekitar sekolah. Ia pikir ketika masuk ia mendapatkan bullyan atau sejenisnya.
Namun nyatanya tidak, semua berjalan baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi. Tatapan beralih pada sebuah ruangan praktek lebih tepatnya laboratorium sekolah.
Ia tersenyum samar melihat banyaknya anak kelas XI Ipa satu yang tengah jadwal praktek hari ini. Sedikit mendekat ke arah pintu. Matanya jelalatan mencari sosok Davin.
Pasti Davin ganteng banget pake baju praktek, ucapnya dalam hati. Matanya terus bergerak liar, namun sedetik kemudian senyumannya buyar. Ia melihat Davin tengah bersama seorang perempuan.
Mereka terlihat akrab, dan yang lebih menyakitkan, tangan Davin terulur mengacak gemas rambut perempuan tersebut hingga membuat keduanya tergelak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Teen FictionAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...
