ND Part - 28

2.4K 119 50
                                    

Alleta berjalan keluar menuju ke kelas setelah dari toilet. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Davin berjalan kearahnya.

"Davin, ngapain di sini?" Tanyanya panik, matanya bergerak liar melihat sekitar takut ada yang melihat mereka.

Davin memperhatikan Alleta sambil menahan tawa, "Muka lo kenapa panik gitu?" Tanyanya penasaran.

Alleta menggigit bibir bawahnya, lalu menggeleng pelan. Ia tetap merasa gugup meski telah sering bertemu Davin.

"Nih, kisi-kisi buat tes hari senin. Gue tahu lo belum belajar sama sekali kan," jawabnya meyodorkan beberapa lembar kertas.

Alleta menautkan kedua alisnya, menatap Davin penuh selidik "Dapet darimana itu?"

"Ck, lo gak yakin amat sama gue? Terima atau enggak?" Jawabnya jengah tak santai.

"Ya udah siniin," ujar Alleta merebut kisi-kisi tersebut.

Davin tersenyum, langkahnya perlahan mendekat pada Alleta. Tangannya terulur lalu mengacak gemas puncak kepala Alleta, Davin sedikit menunduk menyamakan posisinya sejajar dengan Alleta, "Jangan lupa belajar, dua hari lagi testnya dimulai."

Anjay

Alleta memundurkan wajahnya sampai harus menahan nafas selama beberapa detik, mulutnya terkatup rapat tak mampu berkata-kata.

Davin benar-benar membuat semua perhatian tersita padanya, Alleta merasa seperti orang bodoh disaat bersamaan.

Buru-buru Alleta menepis kasar tangan Davin. Menjauhkan tangan kekar tersebut dari kepalanya, "Davin, rambut gue berantakan nih," cibirnya mengerucutkan bibirnya kesal.

Boro-boro kesal, dideket lo aja gue nge-fly. Lo berhasil bikin jantung gue jadi maraton Vin, lanjut Alleta dalam hati.

Davin menegakkan tubuhnya dan perlahan mundur selangkah, "Gue pergi, jangan lupa belajar."

Davin memasukkan satu tangannya kedalam saku celana. Sementara tangan kanannya tergerak ke atas seolah-olah memberi hormat dua jari pada Alleta tak lupa dengan kerlingan matanya yang membuat Alleta benar-benar merasa gila saat itu juga.

Damn it, belajar darimana Davin berubah jadi genit. Ucapnya tertahan. Alleta menggelengkan kepalanya setelah punggung Davin tidak terlihat lagi, menghilang dari balik tembok.

"Davin, you make me crazy" desahnya pelan.

Alleta berjalan cepat menuju kelasnya, mencoba menahan senyum yang hampir saja meledak. Bagaimana ia tidak senang, baru saja Davin begitu perhatian padanya.

"Permisi pak," jawabnya sopan.

Sontak semua pandangan mengarah padanya, Alleta tercekat. Mencoba untuk berusaha tenang, meski ia benar-benar merasa kikuk.

Pak Aksan mengangguk, "Silahkan duduk,"

Alleta menunduk sambil berjalan menuju tempatnya. Tangannya mengambil kertas yang ia simpan di saku kemejanya dan membukanya perlahan.

Tulisan Davin rapi juga buat ukuran laki-laki, pikirnya membatin.

Ayuri yang melihat tersebut, mendadak termangu dan menganga. Sedetik kemudian ia merebut paksa kertas yang dipegang Alleta. "Astaga, ini tu..."

Buru-buru Alleta membungkam mulut Ayuri panik, takut ketahuan Pak Aksan karena teriakan Ayuri.

Ayuri menatap Alleta melotot tajam, "Ssstt. Merconnya disimpen dulu." jawab Alleta berbisik.

Ayuri menggelengkan kepalanya, "Sorry, tingkat kekepoan gue kambuh dadakan." Ucapnya memperhatikan sekitar, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa kikuk atas kecerobohannya.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang