Vani menekan ponselnya dengan gelisah. Entah mengapa perasaannya menjadi khawatir. Alleta belum pulang. Sementara jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Berulang kali ia mencoba menghubungi Alleta. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Dia tadi pamit bersama Vian, namun tidak ada kabar apapun darinya jika menginap ataupun masih dijalan.
Keempat sahabatnya telah berkumpul di rumah Alleta ketika mendapati kabar bahwa Alleta tidak ada dirumah. Mereka juga ikut menelpon Alleta maupun Vian. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat telponnya.
Ayuri turut panik, dia ikut menghubungi Ozi, Vin dan teman-teman Vian yang lain. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa dihubungi. Karena takut terjadi apa-apa, Ayuri juga terpaksa menghubungi Davin. Meminta tolong untuk membantu mencari Alleta.
Davin yang telah tertidur pun langsung bangun. Ia ikut khawatir. Kemudian segera menghubungi Bima , bodyguard yang selama ini selalu mengikuti kemanapun Davin pergi meski dalam jarak jauh agar ikut membantu mencari Alleta.
Mencoba untuk tetap tenang, Flo akhirnya melacak ponsel Alleta melalui saluran GPS yang masih terhubung. Ia mengernyit karena lokasinya menuju sebuah gedung tua.
Perasaannya menjadi was-was. Dengan cepat ia memberitahukan kepada orangtua Alleta begitu juga Davin. Mereka semua berangkat dengan tergesa-gesa.
Davin menyetir mobil seorang diri. Sementara, dibelakangnya ada tiga mobil yang berisi orang-orang kepercayaan Papanya untuk ikut mencari keberadaan Alleta.
Setelah diberitahu letak lokasi. Davin langsung memutar arah. Berbalik menuju tempat sesuai yang telah diberitahukan oleh Ayuri.
Mereka berpencar melewati jalan pintas agar cepat sampai. Malam yang tadi cerah penuh bintang, kini mendadak gelap dengan gumpalan mendung yang menggantung.
Rintik-rintik air hujan turun dengan cepat, seolah semesta ikut bersedih karena dua insan yang tengah berjuang diantara hidup dan mati.
Kedua orangtua Alleta dan sahabatnya datang lebih awal dari Davin. Mereka menganga mendapati sebuah gedung tua yang terlihat berantakan pada bagian depan.
Mereka melihat banyaknya motor yang terparkir asal. Belum lagi asap yang mengepul bekas bakaran ban. Dengan berjalan mengendap-endap, mereka masuk ke dalam gedung tersebut.
Mereka benar-benar terkejut, melihat ratusan orang berkumpul di dalam gedung tersebut. Berpakaian serba hitam dan membawa senjata di tangan mereka masing-masing.
Dari hal itu, sudah dapat mereka simpulkan jika telah terjadi tawuran di antara dua belah pihak. Didorong rasa penasaran yang kuat, mereka berjalan lebih mendekat.
Mencari sudut pandang yang bagus untuk melihat lebih jelas apa yang sedang mereka lakukan.
Namun, mereka begitu tercengang mendapati Vian yang di pukul tanpa belas kasihan. Mereka sampai menutup mulutnya melihat Vian yang tidak berdaya.
Takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan, Om Radit segera menghubungi pihak kepolisian terdekat untuk segera datang ke lokasi.
Tak lupa ia memberi kabar pada Papanya Vian. Sebab, menurutnya ini sudah lebih dari sekedar perkelahian biasa. Ia benar-benar cemas dan khawatir melihat Vian, meski bukan anak kandungnya sendiri.
Mama Vani tak kuasa menahan tangisnya, ia membungkam mulut agar tidak mengeluarkan suara. Siapapun pasti ngilu menatap Vian yang babak belur tak berdaya.
Pandangan Ayuri menatap anggota Arsenio. Tak terasa matanya memanas mendapati Ozi, kekasihnya juga mendapatkan luka yang cukup parah.
Tangisnya pecah seketika, Flo merangkul Ayuri untuk menenangkannya. Mereka semua menangis dalam diam, meski tidak tahu apa yang menyebabkan ini semua terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Novela JuvenilAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...