ND Part - 12

3.7K 251 84
                                    

Deru knalpot dari motor besar berwarna merah memecah keramaian jalanan.

Dengan lihai pengendara motor itu menyalip satu persatu kendaraan diiringi kecepatan lajunya diatas rata-rata.

Hingga tiba di sebuah gerbang usang, tangan kirinya menekan tombol merah di sebuah benda kecil pipih yang diambilnya dari saku celana.

Perlahan, gerbang yang tampak usang itu berderak dan terbuka. Dengan kecepatan sedang ia melajukan motornya memasuki gedung yang tampak tua.

Mesin motor dimatikan. Helm full face terbuka lalu digantungkan begitu saja pada stir motor. Nampak Vian dengan wajah datarnya turun dari motor dan memasuki area dalam setelah menekan beberapa digit angka.

Melihat siapa yang datang, mereka serentak berdiri. "Gimana keadaan mereka?" Tanyanya dengan nada dingin pada salah satu anggota Arsenio.

"Mereka ada di ruang pengobatan, hanya luka luar tidak terlalu serius," jawab Brian, salah satu anggota Arsenio dari kelas XI Ips 2.

"Kenapa mereka bisa diserang?"

"Mereka salah paham, Mita, adiknya Reon, ketua geng Charlos pingsan tepat dipelukan Zayn. Dia ngira mereka ngelakuin hal gak bener sama adiknya."

Vian mengernyit, "Reon?"

Brian mengangguk, "Dia balik seminggu yang lalu."

Pantas saja Zayn tidak tahu, Reon memang jarang menampakkan dirinya. Dia disekolahkan diluar negeri setelah membuat  kekacauan beberapa tahun yang lalu hingga menyebabkan peristiwa tragis.

Mungkin, untuk hal itu anggota angkatannya sudah tahu. Namun, kurang jelas siapa sosok Reon sebenarnya.

Tangannya mengepal kuat, nampak kilatan amarah diwajahnya, "Kumpulkan anak-anak yang lain, kita selesaikan masalah malam ini juga," titahnya dengan suara berat khasnya.

×××

Suara bising memekakkan telinga, di depan terdapat Vian yang memimpin tengah berboncengan dengan Vin yang membawa bendera Arsenio di pundaknya.

Puluhan motor besar berjaket Arsenio tampak melaju dengan gagahnya menguasai jalanan.

Meskipun mereka bukan geng besar, namun siapa yang tak mengenal mereka. Jiwa mereka hampir melekat baik di hati masyarakat, sikap mereka yang rendah hati mampu mengalihkan pandangan buruk masyarakat.

Mereka sering mengadakan konser amal yang mana hasilnya akan mereka donasikan kepada yang membutuhkan.

Mereka selalu berprinsip, "Seburuk-buruknya penampilan tak akan menjadi penghalang untuk melakukan kebaikan. Lain halnya dengan yang berpenampilan baik namun tak mempunyai hati nurani."

Masih banyak fakta yang lain. Namun, mereka tak pernah mengumbar kebaikan mereka, cukup diam dan nikmati.

Terkadang hidup memang tak selalu di atas namun, tidak ada yang salah jika berbagi meski sedang dibawah.

Mereka sampai di markas Charlos, sudah hampir 2 tahun ini mereka tidak menginjakkan kaki disini.

Tepat sejak kejadian masa lalu yang membuat semuanya suram. Apalagi bila mengingat kejadian tidak mengenakkan tersebut.

Vian turun dari motornya diikuti anggota yang lain. Sekelebat bayangan muncul dihadapannya. Rasa nyeri seketika hinggap didalam hatinya.

Dirinya menghela nafas sebentar, lalu memberi kode jentikan jari pada teman-temannya untuk melangkah memasuki markas Charlos.

Puluhan anggota yang sedang bersenang-senang saat itu menghentikan aktivitasnya dan menatap tajam tamu tak diundangnya.

Arsenio disambut dengan pandangan penuh permusuhan. Di tengah-tengah mereka tampak seseorang yang dicari tengah bermain bilyard.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang