ND Part - 13

3.2K 217 92
                                    

Saat ini pelajaran kedua tengah berlangsung. Pak Bowo sedang menjelaskan didepan sana.

Sepertinya ada yang salah dengan mood XI Ipa 3. Sejak tadi, tidak ada satupun suasana gairah mengikuti pelajaran kali ini.

Tau pak Bowo gimana? Sudah hampir pensiun, rambutnya hampir memutih. Belum lagi kacamata besar yang selalu bertengger menemaninya.

Murid-murid malas melihat mukanya, apalagi pak Bowo menjelaskan dengan cara yang membosankan.

Suaranya seperti sedang menina-bobokkan balita. Bikin ngantukkan?

Yang benar saja, sejak tadi yang dibahas hanya itu-itu doang. Bahkan pelajaran untuk materi trigonometri baru satu rumus.

Ayuri sibuk bermain ponsel yang di letakkan di atas roknya, tentunya agar tidak ketahuan. Sementara Loria mencoret-coret buku yang ada didepannya. El dan Flo menidurkan kepalanya di meja.

Sama seperti yang lain, mereka nampak asik dengan dunianya. Bukan bermaksud tidak menghargai, namun mereka sudah paham materi tersebut. 

Tau apa yang ditulis pak Bowo di papan tulis? Pengulangan rumus perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku yang entah sudah ia tulis berapa kali.

Alleta merasa jenuh, bahkan tidak ada satupun pelajaran yang masuk dalam otaknya. Semalam ia juga sudah belajar.

Materi hari ini sudah ada lebih awal ketika ia kelas 10 dulu. Sebab ia pernah mengikuti olimpiade ketika disekolahnya dulu.

Bukannya sok pintar, namun untuk bab ini, menurut nya sangat mudah. Bahkan ia sudah hafal luar kepala rumus yang digunakan.

Pikirannya kini tengah melayang pada sosok Vian yang beberapa hari sangat mengganggu ketenangan hidupnya.

Bagaimana tidak, laki-laki itu gencar terus menyuruhnya melakukan sesuatu yang kadang jika dipikir dengan nalar bisa dilakukan sendiri.

Seperti dua hari yang lalu, entah kesambet apa. Vian menyuruhnya membawa tasnya hingga keparkiran, lalu menyuruh Alleta membawakan minum ketika dirinya sedang berlatih basket.

Dan masih banyak hal lain yang membuat dirinya ingin sekali rasanya mencekik manusia menjengkelkan itu.

Vian selalu meminta aneh-aneh, seperti kemarin pagi, Alleta sudah membawakan bekal sesuai keinginannya.

Bukannya berterima kasih, masih saja berkomentar bahwa sandwich yang dibuatnya kurang keju, dagingnya terlalu kecil potongannya.

Hell, sungguh manusia ribet yang ada di dunia. Sudah jangan dibayangkan lagi betapa jengkelnya Alleta menghadapi mahkluk sepertinya.

Ditengah lamunannya, tiba-tiba ia merasa roknya bergetar, tangannya bergerak mengambil benda pipih panjang tersebut dengan cekatan membuka layar beranda yang terkunci.

From: 08527789****

Gue tunggu di rooftop 10 menit dari sekarang.

Nomer baru? Alleta mengerutkan keningnya. Tangan lentiknya dengan cepat menekan profil dari pengguna nomer tersebut.

Apa-apaan ini? Vian bahkan dengan cepat bisa mendapatkan nomernya? Apa mungkin Ayuri yang memberinya?

Alleta segera menepis pikirannya itu, tidak mungkinkan, teman-temannya saja belum tau jika ia dekat dengan Vian.

Sesaat ia bingung, mana mungkin ia keluar disaat jam pelajaran. Dan bayangkan saja, kelasnya berada di lantai tiga.

Sedangkan Vian menyuruhnya menuju rooftop. Itu artinya ia harus menaiki banyak tangga. Dan, astaga 10 menit? hell, yang benar saja. Sungguh keterlaluan.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang