Kali ini suasana kantin tengah ramai, makin ramai lagi ketika anak-anak Arsenio datang dengan tidak tahu dirinya membuat kegaduhan dengan memodusi cewek-cewek yang tengah mengantri membeli makanan.
Terdengar jeritan histeris dan teriakan dari mereka. Apalagi melihat Vian yang hari ini datang ke sekolah. Sebenarnya, Vian juga heran. Apasih yang mereka lihat dari dirinya.
Padahal kali ini ia hanya berjalan santai menuju tempat biasanya dia dan teman-temannya nongkrong. Wajahnya pun datar, sama sekali tidak berekspresi.
Vian jadi memikirkan, bagaimana jika nanti dia menyapa ataupun membalas mereka dengan senyuman. Bisa dipastikan mungkin mereka akan langsung pingsan di tempat.
Sorotan matanya sekarang menatap perempuan yang tertawa lepas. Dan kini perempuan itu tengah menatapnya. Vian merasa ada yang sakit didalam sana, rasanya ingin ia menghampiri perempuan itu dan bercerita tentang banyak hal pada dia.
Namun, hal yang ia lakukan hanyalah terdiam dan berjalan melewati perempuan itu. Menuju tempat yang biasa di gunakan ia dan teman-temannya untuk nongkrong ketika membolos.
Tidak ada yang bisa menampik pesona dari Vian. Sifatnya yang cuek dan dingin namun terlihat tegas secara bersamaan tak langsung membuat mereka merasa jika Vian adalah sosok suami-able yang mampu melindungi mereka.
Hal itu juga tak luput dari perhatian Alleta dan teman-temannya yang kebetulan juga tengah menikmati makanannya di salah satu bangku kantin.
Melihat Vian, entah kenapa Alleta merasa hatinya senang. Ya sebenarnya sih bukan hal yang istimewa, namun ia rasa hal ini harus diberitahukan kepada Vian. Ia tersenyum menatap Vian yang juga memandangnya.
Kemarin, dirinya menang olimpiade Matematika. Ia dan Davin berhasil menyabet juara pertama. Mungkin, Vian juga sudah mengetahui hal ini dari akun resmi milik sekolahan. Namun, ia ingin merayakan keberhasilannya bersama Vian.
Alleta merasa, akhir-akhir ini ia jadi jarang melihat Vian disekolah. Bahkan, tidak ada satu notif pun yang masuk dalam ponselnya. Alleta menjadi ragu, apa ucapan Vian semalam itu benar-benar serius?.
"Vian kenapa makin ganteng sii, kan tambah sayang," tutur Ayuri tanpa sadar, terpesona dengan Vian.
Tuh kan, Ayuri saja yang sudah punya Ozi tidak tahan melihat pesonanya apalagi yang jomblo. Pasti makin halu.
"Sayang siapa?"
"Vian,"
Sontak teman-temannya langsung melotot tajam ke arah Ayuri. Saking terlenanya, ia bahkan tidak menyadari siapa yang baru saja berbicara padanya.
Seseorang menepuk pundak Loria meminta ia untuk pindah bergeser tempat. Dengan acungan jempol, Loria berdiri berpindah tempat dengan semangkok bakso di tangannya.
"Jadi, suami idaman kamu seperti apa?"
"Yang tampan, anak sultan, perhatian, jago bela diri ya kayak Vian,"
Alleta yang menenggak minuman sampai tersedak jusnya. Mendengar ucapan Ayuri barusan, rasanya ia ingin tertawa saja. Vian dijadikan suami? Oh ayolah, kalian tidak tahu saja bagaimana sifat asli Vian ketika hanya berdua.
Berdehem sebentar, Ayuri belum sadar. "Suka banget ya sama Vian, segitunya ngelihatin."
"Iya dong, mana ada yang nolak nikmat Tuhan kek gini. Gratis lagi,"
"Terus Ozi gimana?"
Ayuri mengerutkan keningnya, mendengar nama itu. Sontak ia menoleh, matanya melotot tajam mendapati Ozi tengah berada didepannya.
"Yang? Sejak kapan disini?" Ringis Ayuri kikuk. Benar-benar tidak habis pikir jika Ozi berada disampingnya. Ia merutuki kebodohannya, hingga tak sadar mulutnya berbicara ngelantur.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADELEINE (End)✓
Ficção AdolescenteAlleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya untuk mendapatkan arti kehidupan yang tiada terkira. Berawal dari kekagumannya dengan sosok Davin...