ND Part - 43

2.2K 150 81
                                    

Alleta terus berlari dan berlari. Rasa pegal di kakinya sudah tak ia rasakan lagi. Air matanya kini sudah tidak bisa dibendung. Ia menangis, sesekali meneriakkan nama Vian.

"Viannn,"

Berulang kali ia terjatuh karena tidak terlalu memperhatikan jalanan yang ia lewati. Ia menembus hutan sendirian, tak peduli gelap ataupun takut.

Ia benar-benar kacau, pikirannya hanya mengarah ke Vian dan Vian. Langkah Alleta memelan, tubuhnya terasa pegal. Ia linglung disaat yang bersamaan.

"Vian, lo dimana? Gue harus nyari lo kemana?" Racaunya disela tangis yang terus mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vian, lo dimana? Gue harus nyari lo kemana?" Racaunya disela tangis yang terus mengalir.

Kakinya banyak yang lecet maupun tergores batu. Rasa perih dan dingin yang bersamaan sudah tidak terasa lagi baginya.

"Lo baik-baik aja kan Vian, gue.. gue bakalan berusaha buat bikin lo selamat, Vian tunggu gue. Gue bakal bantu lo," racaunya mengusap kasar air matanya dan kembali berlari.

Jalanan yang makin terjal karena menuju sebuah dataran yang berada seperti di puncak tak membuat Alleta lelah.

Peluh keringat dan lelahnya kaki tidak membuatnya menyerah. Ia berlari, mengusap air mata yang terus saja keluar.

Vioni mengikuti Alleta diam-diam. Ia merekam semua tingkah Alleta. Ia bahagia, sungguh bahagia. Penderitaan Alleta kini baru dimulai, dan permainan panjang sebentar lagi akan segera datang.

Alleta sama sekali tidak menyadari kehadiran dua orang dibelakangnya, mereka berjalan mengendap-endap mendekati Alleta.

Tanpa sempat Alleta menoleh, mereka terlebih dahulu membungkamnya hingga membuat ia kehilangan kesadaran.

***
Sementara di markas, semua masih berkelahi. Lelah yang menerpa kedua belah pihak tak membuat mereka menyerah begitu saja.

Luka di sekujur tubuh, lebam, bau anyir karena darah seolah menjadi hidangan sempurna melengkapi malam yang mencekam.

Suara jangkrik sudah tidak terdengar lagi, seolah mereka ikut bersembunyi karena takut terkena dampak gara-gara pertarungan ratusan manusia yang nalarnya sudah tidak bisa dipergunakan lagi.

Raka yang merasakan ponselnya bergetar, segera mencari celah untuk menghindari pukulan lawan. Sesegera mungkin ia menepi dari perkelahian dan membuka ponsel.

Matanya melebar seketika mendapati sebuah video yang mampu membuat siapapun merinding melihatnya. Ia tidak menyangka bahwa perempuan yang tengah bekerja sama dengan Reon bisa berani senekat itu.

Matanya bergerak liar mencari sosok Reon. Ini adalah kabar gembira. Ia menjadi tidak sabar melihat bagaimana ketegangan dan raut anak Arsenio.

Melihat Reon yang di hujani bogeman dari Vian secara brutal membuatnya mengeratkan rahangnya. Matanya menatap Vian nyalang, ia berlari dan melayang menendang Vian yang tengah memukul Reon.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang