ND Part - 21

2.8K 172 106
                                    

"Eh lihat nih," ucap Vioni, salah satu siswi yang tengah bergerombol di koridor sekolah.

"Ini seriusan Vian bukan sih?" Celetuk siswi berwajah bulat menunjuk layar ponsel yang tertera didepannya.

"Ya beneran lah, mana ada sih cowok yang punya tubuh kek gitu. Lagipula kalau itu cowok lain, gak mungkin cepet viral gitu aja," jawab siswi berambut blonde.

"Ah serius lo,"ucapnya tak percaya.

"Astaga, ngapain kita bohong sih. Semua anak disini juga tahu kali." Timpal yang lainnya.

"Tapi ini cewek siapa?" Tanyanya sambil mengezoom layar agar lebih terlihat jelas.

"Gue denger, itu anak baru yang masuk kelas IPA tiga. Kalau gak salah, namanya Alleta. Setahu gue sih itu,"

Mendengar hal itu, membuat Ressa si cewek berwajah bulat mungil blasteran Korea mengangguk paham.

"Mereka ciuman di tempat umum?" Tanya Dita salah satu anggota geng tersebut.

Mereka bergidik, "Bener-bener gak tau malu ya," tambah Vioni.

"Jijik banget lihatnya,"

Mereka mengangguk setuju, "Leona mesti tau nih. Masa iya posisinya direbut gitu aja sama cewek baru itu. Hell, yang benar aja. Bisa dilabrak tuh cewek," ujar Ressa tersenyum jahat.

"Gue setuju, lagipula tuh cewek baru gak tau apa. Emang dia pikir dia populer? Mentang-mentang cantik bisa seenaknya deket siapapun." Timpal Dita tak mau kalah.

Berbeda dengan teman-temannya yang tangannya sudah tak sabar ingin melabrak, Diva malah mengelantur memikirkan Vian, "Duh first kissnya udah ilang dong," ucapnya tak sadar.

"Tuh cewek beruntung banget ya. Bisa dengan mudah bikin seorang Vian jadi luluh. Gue jadi pengen tahu rahasianya apa ya?" Ujarnya lagi sambil membayangkan jika ia berada di posisi Alleta.

Hal itu sontak membuat yang lain menoyor kepalanya, "Diva, kebiasaan deh. Kenapa sih lo gak bisa mikir jernih gitu." Omel Dita merasa jengah terhadap sahabatnya itu.

Cantik sih, tapi sayang otaknya susah diajak kerjasama. Lemotnya kebangetan.

"Kurang ajar banget, kalian pikir ga sakit apa?" Ucapnya memandang heran pada teman-temannya.

"Dasar cewek genit," semprot Vioni bertambah kesal.

"Gue ga genit tau, emang lo pada rela apa? Enggak kan. Ya udah sama. Gue juga mau kalo dikasih Vian. Ga bisa nolak kan lo pada?" Jawabnya menantang.

"Apaan sih lo? Udah deh. Lo ngehalu sampai ujung dunia pun si Vian gabakalan mau sama lo. Leona yang cantiknya kayak Irene aja sampai sekarang belum diterima, apalagi lo." Cibir Ressa mendengus kesal.

"Iya-iya gue sadar kok. Lagian si Leona juga. Cantik-cantik kok mau aja berjuang. Yang ngantri sama dia kan banyak. Tinggal tunjuk tuh cowok bakalan dateng. Kenapa mesti Vian," tanyanya lagi tak peka.

Dita menggeleng geram, "Namanya juga cinta, mau dikasih sebagus apapun kalo hatinya minta Vian ya mau gimana lagi? Lo mana tau soal berjuang. Ribet ngomong sama lo," sarkasnya lebih keras.

"Udah ah. Balik aja yuk, kita cari Leona. Gasabar banget gue pengen nampar tuh cewek," ucap Ressa bersemangat.

Mereka berlima pun akhirnya pergi meninggalkan sekolah untuk menuju kerumah Leona.

Siapa yang gak kenal mereka? Geng cewek cantik, kaya, populer dan sombong yang ada disekolah itu.

Mereka dengan mudah melakukan apa saja yang mereka suka. Tak jarang semena-mena pada yang lain jika ada yang ingin menyaingi mereka. Termasuk dalam urusan laki-laki.

NADELEINE (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang