Jin Taiheng menatap meja makan besar namun kosong di hadapannya. Rumah sepi itu selalu membuatnya mual. Maka itu ia jarang sekali pulang. Baginya tempat besar dan megah itu tidak bisa disebut rumah. Tempat itu terlalu mati.
Dari sepiring sarapan yang seharusnya bisa dibilang "lezat", mata Jin Taiheng teralih pada sesosok pemuda kurus yang menuruni tangga. Sosok itu terlalu kurus hingga Jin Taiheng merasa tulang-tulang penyangga tubuh itu terlalu rapuh dan mudah sekali patah. Ia Xiao Zhan, kakak Jin Taiheng.
Berbalutkan sweater hitam dan jeans biru muda, pemuda itu sebenarnya sungguh cantik. Bibir merahnya terlihat kontras dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang super hitam. Matanya besar, namun kurang segar. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur, Jin Taiheng tak mau menebak.
Dari kejauhan Xiao Zhan tersenyum kecil padanya. Jin Taiheng tidak membalas senyum itu, karena ia benci senyum ramah Xiao Zhan. Ia justru merindukan Xiao Zhan yang jahat, yang selalu berkata ketus, yang selalu marah kalau Jin Taiheng membuatnya malu, yang selalu galak saat mengajarinya memanah, yang selalu menjambak rambutnya tiap kali nilai rapornya jelek, dan yang selalu memiting kepalanya dengan satu tangan yang membawakan begitu banyak kasih sayang. Jin Taiheng merindukan Xiao Zhan yang itu.
"Halo, Heng." sapa Xiao Zhan lembut.
Jin Taiheng memejamkan matanya sesaat sebelum menjawab, membayangkan kakaknya tidak berbicara seperti itu tapi, "Heh! Dari mana saja lo baru pulang?! Gue bilangin Daddy ya kelayapan terus!" Seharusnya seperti itu lah kakaknya berbicara.
"Halo, Kak," Jin Taiheng menjawab dengan nada datar. Xiao Zhan duduk di hadapannya dan mulai menyantap sarapan dalam diam. Sesekali pemuda didepannya melirik, namun ketika Jin Taiheng membalas lirikannya, Xiao Zhan langsung pura-pura berkonsentrasi dengan makanannya.
"Kuliah kamu gimana?" Tanya Xiao Zhan akhirnya.
"Lumayan," jawab Jin Taiheng tak tertarik.
"Hmm... Sudah belajar sampai mana sekarang?"
"Belajar belek kodok."
Xiao Zhan mengangguk-angguk diam. Kalau Xiao Zhan yang dulu, ia pasti sudah berseru antusias. Menanyakan bagaimana caranya membelek kodok, seperti apa isi perut kodok, apakah kodoknya mati atau tidak setelah dibelek, dan binatang lain apa lagi yang sudah pernah Jin Taiheng belek.
"Kamu nanti malam tidur di sini, nggak?"
"Nggak. Aku ada janji dengan teman."
"Oh... oke," jawabnya.
Jawaban yang membuat amarah Jin Taiheng semakin memuncak. "Nggak mau tanya aku ada janji sama siapa? Atau mau ngapain?"
"Hmm... Kakak percaya saja deh sama kamu," jawab Xiao Zhan tenang.
Cengkeraman tangan Jin Taiheng pada sendok dan garpu spontan mengencang setelah itu. Baginya terlalu percaya dan tidak peduli itu beda tipis. Dan sekarang Xiao Zhan tampaknya bukan percaya, melainkan tidak peduli ke mana dan dengan siapa Jin Taiheng pergi dan apa yang akan Jin Taiheng lakukan.
"Yibo mana?" Tanya Jin Taiheng sambil menahan mulut supaya tidak menyemburkan kemarahan.
"Nggak tahu. Tadi malam sih dia pulang."
"Dia ke Jepang sore ini," sahut Meng Ziyi yang datang membawa jus jeruk untuk mereka.
"Oh," gumam Jin Taiheng. "Jadi katanya kamu sekarang jadi pacar hari Senin-nya Yibo ya, Kak?" Kabar itulah yang sebenarnya membawa Jin Taiheng pulang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...