2. Wang Yibo

2.1K 234 7
                                    

   Wang Yibo tidak suka kata "pulang", juga tak suka melakukan kegiatan "pulang". Sialnya, malam ini ia harus pulang tanpa seorang omega karena mereka semua sibuk tidak jelas. Bulu kuduknya meremang waktu memasuki pekarangan rumah. Saat akan membuka pintu, keringat dingin langsung mengucur di dahinya. Gagang pintu terasa begitu dingin. Jantungnya berdegup makin kencang. Wang Yibo bahkan menutup mata waktu mulai membuka pintu perlahan. Dengan takut-takut, ia membuka matanya sebelum masuk ke dalam. Sepi. Ini lebih menakutkan lagi. Kakinya gemetar saat melangkah masuk. Matanya awas terhadap sekeliling.

   Rasa takut yang berlebihan dan tak beralasan akhirnya berkurang saat mendapati tanda-tanda kehidupan di beranda. Xiao Zhan.

   "Aku tidur duluan deh." Xiao Zhan bangkit dan berbalik menghadap Wang Yibo begitu mendengar derap langkahnya mendekat.

   "Tunggu," Wang Yibo mencekal lengan Xiao Zhan. Tubuh kurusnya berbalik dan mata besarnya menatap Wang Yibo takut-takut. "Ini hari Senin, kan? Masih sisa tiga jam, nggak mau ngobrol sama saya, pacar kamu?"

   Karena ucapan Wang Yibo itu, Xiao Zhan berubah gugup sekaligus senang seketika. Matanya bercahaya, meski redup.

   "Mmm," Xiao Zhan berpikir sejenak. "Mau aku buatkan teh?"

   Wang Yibo tertawa dalam hati. Pemuda didepannya ini tidak pintar mencari topik.

   "Susu saja," jawab Wang Yibo lalu melepaskan cekalannya dan masuk ke kamar. Dari sudut matanya, Wang Yibo bisa melihat Xiao Zhan yang langsung ke dapur dan mulai mempersiapkan apa yang ia minta tadi. Wang Yibo tertawa sinis dalam hati. Susu? Wang Yibo benci susu. Cium baunya saja ia langsung merasa mual. Yang ia butuhkan saat ini hanya satu. Tidur.

   Wang Yibo menghempaskan tubuh ke atas tempat tidur. Badannya serasa remuk. Rasanya ia harus ke dokter besok untuk meminta tambahan dosis doping mengingat dua proyek pembangunan cabang departement store di Singapura dan Jepang. Ia sungguh tak butuh penyakit saat ini.

   Tak lama, rasa kantuk segera berhasil menarik kelopak mata Wang Yibo. Ia jatuh dengan cepat ke dalam dunia tidur. Rasa-rasanya ia sempat tertidur sejam lamanya sebelum merasakan kehadiran seseorang berdiri di samping tempat tidur. Hela napasnya terdengar samar sebelum Wang Yibo merasakan tangan orang itu perlahan melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Tangan sosok itu lalu naik ke leher, melepas dasi Wang Yibo. Baru setelah itu dengan susah payah orang itu membetulkan posisi tidur Wang Yibo dan menyampirkan selimut.

   "Selamat malam, Yibo," suara itu terdengar lembut seperti suara seorang ibu di drama-drama TV. Wang Yibo tahu, itu suara Xiao Zhan.

.

.

.

To be continued.

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang