Luo Yunxi sudah menunggu dengan dua gelas susu hangat ketika melihat kakaknya pulang dengan wajah lesu.
"Minum dulu, Kak." Luo Yunxi membawa susu itu ke kamar Wang Yibo. Ia menyeruput susu hangat itu hingga habis sekaligus. Luo Yunxi melakukan hal yang sama.
Lalu mereka sama-sama berbaring di tempat tidur.
"Coba kita saling tahu dari dulu. Aku selalu tidur sendirian di rumah, Kak. Aku takut hantu padahal. Coba dulu ada Kakak. Kita bisa tidur sama-sama kayak gini." Luo Yunxi menggenggam tangan Wang Yibo.
"Kalau ada kamu, Kakak nggak perlu repot-repot jadi playboy supaya ada yang menemani tidur. Ya sudahlah," jawab Wang Yibo sambil tersenyum.
"Kak..."
"Ya?"
"Aku sayang Papa."
"Iya, tahu. Kakak juga sayang Ayah."
"Kak..."
"Ya?"
"Papa sakit."
"Sudah tahu juga."
Luo Yunxi langsung menoleh. "Kakak tahu apa saja?"
Wang Yibo tertawa kecil. "Kakak tahu semuanya. Kakak tahu ayah kamu sakit. Kakak tahu ayah kamu sekarang di ICU dan sedang sekarat, Kakak juga tahu kamu sering ke sana nangis di depan pintu kamar isolasinya. Sama juga seperti Kakak tahu, kamu sudah mendaftar jadi pendonor jantung buat dia. Jadi hasilnya bagaimana? Cocok nggak jantung kamu buat dia?"
Luo Yunxi memutar badan, memeluk tubuh kakaknya dari samping dengan tangan mereka yang masih bertaut. "Sudah cocok, Kak."
"Bagus."
"Kakak nggak marah? nggak mau melarang aku?"Tangan Wang Yibo naik ke kepala Luo Yunxi lalu mengelus rambut adiknya itu dengan lembut. "Kalau Ayah ada dalam posisi yang sama, Kakak juga akan melakukan hal sama. Anak baik..."
Luo Yunxi bangun dari posisinya dan menatap kakaknya dengan teduh.
"Tidur sana," ujar Wang Yibo lembut.
Luo Yunxi tersenyum lalu menunduk dan mencium kening Wang Yibo lama. "Aku sayang Kakak."
"Kakak juga sayang kamu."☂️
"YIBOOOOO!!!!"
Luo Yunxi tersentak bangun dari tidurnya. Suara teriakan nyaring Meng Ziyi terdengar, memekakkan telinganya, menarik kesadarannya dengan cepat. Sebelum teriakan itu berkumandang untuk ketiga kalinya, ia buru-buru turun dari kasurnya dan berlari menuju asal suara itu. Menuju kamar Xiao Zhan.
Lututnya menyentuh lantai begitu ambang pintu kamar itu terbuka oleh dorongan tangannya, menampakkan Wang Yibo yang telah menggantung dirinya sendiri di kamar Xiao Zhan. Sekujur tubuh kakaknya itu pucat, lehernya dikelilingi kain putih yang digulung rapat. Sementara Meng Ziyi sedang memeluk kaki Wang Yibo, memanggil-manggil namanya dengan rintihan pilu.
Luo Yunxi tak berkedip. Ada suara yang tersekat di tenggorokannya, sementara ia merangkak menuju kaki kakaknya.
"Leo! Leooo!!!" Jerit Meng Ziyi, memanggil jiwa Luo Yunxi ke alam nyata.
Luo Yunxi mendongak, memandang tubuh kakaknya yang kaku tergantung di atas kepalanya.
"Masih bisa. Kita mungkin masih bisa selamatin dia. Bantu Tante!"
Luo Yunxi mencoba sekuat tenaga, hingga akhirnya ia bisa mendorong tubuhnya bangkit. Perlahan tangannya menyentuh kaki kakaknya yang kini sudah terasa dingin.
"Kai..." Gumamnya pada awalnya. "Kai!" suaranya mulai menguat. "KAIIII!!!" Teriaknya pada akhirnya.Ketika ia kembali pada kesadaran penuh, ia menyadari tengah memeluk kaki kakak satu-satunya, yang semalam baru ia cium keningnya, yang semalam baru mengatakan "Kakak juga sayang kamu". Luo Yunxi memeluk semakin erat sementara mulutnya meneriakkan nama Wang Yibo dan Xu Kai bergantian.
Xu Kai masuk seperti orang gila ke dalam kamar. Matanya membelalak seketika. Ia segera berlari, menarik bangku, mengeluarkan pisau dari sakunya, dan memotong penggantung Wang Yibo.
Hingga mereka sampai di rumah sakit, Luo Yunxi masih tidak berhenti menangis. Mulutnya terus-menerus menjeritkan nama Wang Yibo, memohon-mohon supaya tak ditinggalkan sendiri.
Dokter dan suster di instalasi gawat darurat langsung menarik masuk tubuh Wang Yibo, meninggalkan Luo Yunxi yang masih menjerit-jerit, meronta melawan Xu Kai dan Meng Ziyi yang mencoba menenangkannya.
Bermenit-menit berlalu. Gaung suara rintihan Luo Yunxi masih memenuhi ruang IGD itu, hingga dokter yang tadi menerima Wang Yibo keluar dan menghampirinya.
Mata bulat Luo Yunxi menatapnya putus asa, seakan ia sudah bisa membaca takdirnya di mata dokter itu.
Gelengan. Dokter itu memberinya sebuah gelengan halus sebelum mengatakan. "Jantungnya masih berdenyut. Tapi batang otaknya sudah mati."
Isak tangis Luo Yunxi mulai melirih lagi setelah dokter itu selesai berkata. Dari lembut, semakin keras, dan akhirnya kembali ke jeritannya yang semula. Meng Ziyi menangis sambil merangsek masuk menghampiri Wang Yibo, sementara Xu Kai menarik tubuh Luo Yunxi dalam pelukan, berusaha menenangkan pemuda itu.
Luo Yunxi memang menenangkan diri setelahnya, tapi tangannya sudah menjelajah ke bagian belakang tubuh Xu Kai, ke tempat Xu Kai selalu menyembunyikan pistolnya. Dengan cepat ia menarik benda itu keluar, menarik tubuhnya dari pelukan Xu Kai, berdiri dengan tegap, mengarahkan pistolnya ke kepalanya sendiri, lalu menarik pelatuknya sebelum orang-orang yang sudah menjerit di sekitarnya sempat mencegahnya.
DORRR!!!
Luo Yunxi pergi menyusul kakaknya yang telah mati.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...