Wang Yibo berhenti sejenak di ambang pintu ketika mendapati Xiao Zhan yang sedang duduk di tempat tidurnya. Ia sedang memandangi dinding di depannya yang melukiskan wajahnya. Saat itu juga perasaan Wang Yibo menjadi lega. Ia tahu soal kamar ini. Ia semakin yakin, Song Weilong sudah dan akan menjaga Xiao Zhan dengan baik. Kalau begitu ia tidak perlu mengkuatirkan apa-apa lagi.
"Halo." Wang Yibo duduk di samping Xiao Zhan dan membelai kepalanya. Xiao Zhan yang tidak menyadari kedatangannya sebelumnya langsung terperanjat.
Ia menoleh dan langsung memeluk Wang Yibo. "Yibo. Ke mana saja?"
Reaksi ceria Xiao Zhan membuat hati Wang Yibo tertampar. Ia tahu reaksi itu bukanlah hal yang bagus. Reaksi itu hanya pengulangan seperti ketika Xiao Zhan melupakan soal kematian ayahnya selama bertahun-tahun.
Tapi hari ini tidak boleh terbuang oleh air mata, jadi dengan tenang Wang Yibo menyahut. "Nggak ke mana-mana. Kemarin-kemarin sibuk kerja. Mal kita di Beijing sudah mulai di bangun."
"Oh, ya? Wah, kalau begitu kita langsung ke sana saja hari ini, bagaimana?"
Wang Yibo mengusap puncak kepala Xiao Zhan lagi. "Nggak. Kamu lupa hari ini hari apa?"
"Hari apa?" Tanyanya.
"Hari Senin. Waktunya pacaran." Ujar Wang Yibo ceria.
Mata Xiao Zhan membesar, memperlihatkan sinarnya yang sempat hilang. "Aku lupa ini hari Senin."
Wang Yibo tertawa tipis. "Kamu sih melamun terus. Sampai lupa ini hari Senin. Jadi, kamu mau ke mana hari ini? Senin tinggal empat belas jam lagi nih. Besok-besok aku sibuk kerja nggak bisa pacaran sama kamu. Jadi harus dipuas-puasin hari ini."
"Oke!" Sahutnya antusias dan langsung masuk ke kamar mandi. Ia tertawa begitu riang, berias di depan kaca, memakai bajunya yang paling bagus, bersenandung, dan menari-nari sendiri.
Jadi sepanjang hari Senin yang cerah itu, untuk pertama kalinya Wang Yibo dan Xiao Zhan berpacaran selayaknya orang normal. Mereka nonton ke bioskop, makan di McD dengan santai, ngobrol di kafe sambil minum kopi, membeli es krim lalu jalan bergandengan memasuki satu per satu outlet perbelanjaan, Wang Yibo membayar belanjaan Xiao Zhan, lalu mereka berkeliling Bandung dengan mobil.
Sampai malam tiba, malam yang larut, ketika hari Senin hampir habis, dan kini mereka sampai di rumah lama Xiao Zhan.
Wang Yibo menggenggam tangan Xiao Zhan dengan lembut, menuntunnya masuk ke rumah yang aromanya tak pernah berubah. Wangi kayu dan tanah segar menyusupi hati. Derek lantai kayu yang menua kini berganti tanah empuk dengan dedaunan berdesir merdu ketika kaki mereka melangkah ke halaman belakang.
"Jangan buka mata dulu." Kata Wang Yibo pada Xiao Zhan yang sudah dimintanya menutup mata sebelum turun dari mobil tadi.
Xiao Zhan mengangguk. Mereka berjalan sedikit lagi hingga Wang Yibo mengisyaratkan untuk berhenti. "Kamu boleh buka mata sekarang."
Ketika membuka mata, jiwa Xiao Zhan dan Wang Yibo sama-sama langsung kembali ke enam belas tahun lalu. Ketika seorang anak laki-laki aneh berbaring di bawah puluhan payung-payung bening yang digantung terbalik. Lalu seorang anak laki-laki lain merusak tatanan imajinasinya dengan payung kuningnya yang mencolok.
Kini adegan itu seakan terputar lagi. Payung-payung bening digantung terbalik di jajaran besi-besi hitam. Di dalamnya ada air yang direnangi satu ikan oranye. Lampu-lampu putih berputar mengitari besi dan gagang payung, membuat mereka menjadi kerangka yang sungguh indah.Lalu mungkin semesta ikut merasakan senang di hati mereka berdua karena langit menghadiahi mereka dengan gerimis yang lembut. Persis seperti hari itu. Wang Yibo lalu membentangkan sesuatu yang telah digenggamnya sedari tadi. Payung kuningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...