40. Song Weilong

955 99 6
                                    

   Song Weilong lelah sedari tadi berusaha terlihat santai padahal kenyataannya, ia hampir mati di gerogoti kekuatiran. Baru sekarang lah ia bisa bernapas sedikit lega ketika akhirnya Xiao Zhan tiba di rumahnya. Tanpa Wang Yibo.

   Xiao Zhan berjalan berkeliling rumah sambil melihat-lihat interior rumah Song Weilong yang di dominasi warna putih.

   "Ayo," Song Weilong menggiring Xiao Zhan menuju kamarnya.

   Dinding kamar itu dilukisi langit biru dengan awan yang menggumpal-gumpal di beberapa bagian. Di salah satu sudut terlukis sebuah matahari besar yang bersinar terang. Tidak kuning, tapi putih, seperti perak yang berkilauan. Di depan dinding itu ada tempat tidur besar dengan bed cover putih tebal. Di lantainya terhampar karpet putih raksasa yang superhalus, menutupi sebagian besar lantai yang terbuat dari kayu, sehingga orang yang berada di atasnya akan merasa seperti berjalan di atas awan kapas.

   Setengah dari kamar itu hanya dibentengi kaca-kaca besar yang menjulang tinggi, membuat pemandangan pohon-pohon yang mengelilingi rumah menjadi lukisan nyata. Ketika mendongak, Xiao Zhan mengerjap beberapa kali, menatap atap yang terbuat dari kaca, mengizinkan matanya memandang langsung ke langit luas.

   "Aku omega keberapa yang lihat kamar ini?"

   "Aku nggak pernah bawa pacarku ke rumah."

   "Oh.. " gumam Xiao Zhan. Ia maju dan menyentuh lukisan gumpalan awan dengan jari-jarinya yang pucat. "Ini lukisan kamu, kan?" Tanyanya.

   "Hobi tersembunyi." Jawab Song Weilong.

   Jemari Xiao Zhan beralih menyusuri bagian dinding yang lain hingga menyentuh di matahari. "Ini kamu." Gumamnya.

   Sebelum sempat Song Weilong menanyakan maksud pernyataan itu, Xiao Zhan sudah beralih lagi. Kini ke salah satu dinding putih yang belum dilukisi apapun oleh Song Weilong. Ia menghabiskan beberapa menit berdiri diam di sana, membuat Song Weilong menerka-nerka isi pikirannya.

   Begitu selesai dengan pikirannya yang telah melanglang buana entah ke mana, Xiao Zhan baik ke tempat tidur dan berbaring menelungkup sambil mengusapkan tangannya di atas seprei.

   "Lapar nggak?" Song Weilong duduk di samping Xiao Zhan dan mengusap punggung pemuda itu.

   "Nggak, tadi kan kita baru makan sebelum ke sini."

   "Oh iya, ya." Kata Song Weilong sambil terkekeh.

   "Bisa ceritakan bagaimana kamu bisa kenal sama Yibo? Aku mau dengar."

   Satu permintaan sederhana, tapi membangkitkan bulir-bulir kebahagiaan yang menarik otot bibir Song Weilong untuk tersenyum. Song Weilong pulang ke watu yang sudah lama sekali berlalu. Ke waktu-waktu yang ia namakan wonderland, tempat di mana memorinya bersama Wang Yibo terperangkap aman.

   "Hmm, nggak ada yang spesial sih sebenarnya. Aku dan Yibo dulu teman satu sekolah."

   "Dari kelas?"

   "Kelas satu SD. Sekolah kita dulu sekolah terkenal. Well, isinya lumayanlah, anak-anak orang kaya, hampir keseluruhan."

   "Oh, ya? Tapi kata Jingyi, untuk makan saja dia susah. Ibunya jarang kasih uang."

   "Iya, benar kok. Tapi ibunya sekolahin dia di sekolah itu. Hanya untuk sekolah saja, duit nggak dikasih. Nah, karena ini juga akhirnya sahabatan sama dia. Waktu itu aku lagi makan di kelas. Kelas kosong karena lagi jam istirahat. Anak-anak yang lain semua lagi pada main ke luar. Aku nggak terlalu suka main-main sama anak-anak di sana. Mungkin karena mereka selalu ngeliatin mataku. Kata mereka mataku aneh."

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang