Xiao Zhan membuka matanya perlahan-lahan, menyesali dirinya yang masih hidup. Ia mencoba mengingat-ingat alasan ia akhirnya memutuskan untuk pulang semalam. Usapan-usapan lembut, pelukan mendamaikan, dan suara seseorang yang terus-menerus memanggil namanya.
Ia membuka jendela kamar dan membiarkan sinar matahari menyapanya. Air mata yang mengering membuat wajahnya terasa kaku, kepalanya pusing dan langkahnya seakan melayang, paru-parunya terasa sesak. Kamarnya terasa sunyi dan mati, menyisakan luka-luka jiwa yang membekas di tiap dindingnya.
Xiao Zhan mengambil sembarang baju dari lemarinya lalu pergi mandi. Ia membiarkan wajahnya untuk beberapa lama beradu di bawah kucuran air, berharap bengkak di matanya hilang saat itu juga. Begitu selesai ia memandangi wajahnya di kaca, melihat kemiripan dengan sang ayah, merasakan nyeri itu lagi di hatinya, menahan rindu yang membakar di dadanya. Ia rindu ayahnya.
"Kamu ada kuliah hari ini?" Wang Yibo sudah duduk di atas tempat tidurnya sambil memainkan iPad saat Xiao Zhan keluar dari kamar mandi.
"Nggak."
"Terus jadwal kamu hari ini apa?"
"Ada perlu sama aku?" Tanya Xiao Zhan datar.
"Saya ambil libur hari ini. Mau jalan-jalan?" tanya Wang Yibo lagi.
"Nggak."
Wang Yibo mendongak dan menatapnya dengan mata sayu seakan ia tidak tidur semalaman. "Ini hari Senin, tentu kamu harus mau."
"Sejak kapan Senin jadi begitu penting buat kamu?" Sindir Xiao Zhan.
Tapi Wang Yibo tak memedulikan pertanyaan itu. Ia berdiri, menghampiri, menggenggam tangan Xiao Zhan, lalu menariknya supaya mengikutinya.
"Lo ikut juga," tukas Wang Yibo pada Jin Taiheng yang sedang berbincang di meja makan bersama Meng Ziyi.
Xiao Zhan diam saja sementara Wang Yibo menuntunnya masuk ke mobil. Mereka lalu berkendara hingga sampai di tempat latihan Xiao Zhan. Wang Yibo segera turun lalu ke bagasi mengambil sebuah tas hitam sebelum akhirnya membawa Xiao Zhan dan Jin Taiheng masuk.
Jin Shuozhen tampak terkejut melihat kedatangan mereka. "Tumben pagi-pagi ke sini." Ia mencegat Jin Taiheng sementara Xiao Zhan dan Wang Yibo ke dalam tanpa menyapa terlebih dahulu.
"Nanti aku jelasin, Om. Aku masuk dulu," jawab Jin Taiheng lalu buru-buru mengejar Xiao Zhan Dan Wang Yibo yang sudah masuk ke ruangan khusus untuk latihan menembak.
Belum ada satu orang pun di sana. Wang Yibo menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Tanpa bicara, ia melepaskan pergelangan tangan Xiao Zhan dan mulai memakai perlengkapan pengaman seperti kaca mata, jaket, dan penutup telinga.
"Kalian pasang juga," ujarnya pada Xiao Zhan dan Jin Taiheng.
Sementara mereka berdua memakai satu per satu alat pengaman itu, Wang Yibo memasang papan target di jarak seratus meter. Setelah itu ia membuka tas hitamnya dan mengeluarkan pistol dari dalamnya. Tanpa aba-aba, ia mulai menembaki papan target dengan cepat, tanpa jeda, membuat Xiao Zhan dan Jin Taiheng terperangah.
Setelah empat kali menembak, yang semuanya telah sasaran, Wang Yibo berhenti. Tangannya masih teracung ke depan, lalu tiba-tiba tangan itu berubah arah. Pistol itu kini mengarah pada Xiao Zhan. Kaki Xiao Zhan seketika gemetaran, seakan ia melihat empat orang yang dulu membunuh ayahnya berdiri di hadapannya lagi.
"Di sini masih ada satu peluru lagi, dan saya bisa menembakkannya sekarang ke kepala kamu."
"Y-Yibo.." ujar Xiao Zhan tergagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...