10. Xiao Zhan

1.5K 160 7
                                    

   Xiao Zhan duduk di samping busurnya, di bawah langit malam Lembang, di atas rumput hijau dingin yang membuat tubuhnya sedikit gemetar, sambil menerka-nerka di mana Wang Yibo sekarang karena sudah tiga hari pria itu tidak terdengar kabarnya. Lagi-lagi Xiao Zhan berakhir sendirian, tanpa kekasih, tanpa sahabat, tanpa adik. Sendirian melawan rasa rindu yang rasanya tak manis.

   Lalu ia mengambil satu keputusan gila. Menghubungi sebuah nama yang terlintas di kepalanya.

   "Halo, Xian," suara itu belum berubah sejak terakhir kali Xiao Zhan mendengarnya. Terdengar senang, puas, dan berbahaya.

   "Kamu di mana?" Tanya Xiao Zhan.

   "Di mana pun aku mau. Atau, kamu maunya aku ada di mana?"

   "Bisa ada di sini sekarang?" Xiao Zhan tak lagi peduli seberapa sakitnya nanti jika ia dipermainkan oleh Song Weilong. Ia butuh manusia di sampingnya saat ini. Bukan seonggok peralatan memanah yang tak bisa bicara.

   "Bukan ide jelek. Kamu di mana sekarang?"

   "Di tempat latihan," sahut Xiao Zhan.

   "Oke. Setengah jam lagi aku sampai di situ."

   "Oke."

   Entah bagaimana, tapi dada Xiao Zhan tiba-tiba terasa ringan. Setengah jam, 45 menit, satu jam... Ia mulai menikmati apa itu yang namanya menunggu. Menunggu belum pernah setenang ini di ingatannya. Tapi lalu rasa ringan yang tadi ada di dadanya kini menjadi berat kembali karena Song Weilong tak kunjung datang menepati janji. Xiao Zhan mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya ia tahu Song Weilong tak akan mungkin datang. Jadi ia merapikan alat-alat panahnya dan memboyongnya keluar.

   Setelah mengunci pintu gedung latihan, Xiao Zhan melihat sebuah Porsche biru terparkir tak jauh dari pintu masuk. Sudah lewat jam buka klub, dan Xiao Zhan tak melihat ada orang yang punya mobil mentereng seperti itu. Karena penasaran, Xiao Zhan pun menghampiri mobil itu.

   "Owen!"

   Ada nada lega terselip di pekikan Xiao Zhan ketika mendapati Song Weilong tengah tertidur di dalam Porsche biru itu. Pria itu terbangun mendengar namanya dipanggil. Ia mengucek matanya sebentar dan memberikan tanda pada Xiao Zhan supaya masuk.

   "Aku kira kamu nggak jadi datang. Kok kamu di sini, sih? Kenapa nggak ke dalam?"

   Song Weilong melirik jam tangannya. "Aku sudah sampai dari.. empat puluh menit yang lalu."

   "Terus?"

   "Aku ngantuk," jawabnya lagi.

   "Kalau ngantuk ngapain ke sini?"

   "Karena aku lapar," Song Weilong menyalakan mesin mobilnya. "Jadi, temani aku makan dulu. Oke?"

   Song Weilong menjalankan mobil tanpa menunggu persetujuan Xiao Zhan. Ia melaju ke Kota Bandung dan membeli dua porsi McD Drive Thru. Ia makan dengan cepat. Saat Xiao Zhan belum selesai melahap satu hamburger, ia sudah menghabiskan dua porsi ayam kentang dan satu Coca-cola ukuran besar.

   "Lapar banget, ya?"

   "Sarapan nih." Jawaban Song Weilong membuat Xiao Zhan tersedak.

   "Kalian selalu seperti itu, ya?" Tanya Xiao Zhan.

   "Kalian? Kalian siapa maksud kamu?"

   "Kamu, Leo, Yibo, Om Yifan, tidak sarapan untuk pekerjaan?"

   "Oh. Mungkin," Song Weilong mengunyah batang kentang terakhirnya. "Di dunia ini, kamu suka apa?"

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang