38. Luo Yunxi

869 101 1
                                    

   Luo Yunxi jatuh tersungkur bersamaan dengan ujung bibirnya yang mengalirkan darah segar. Ia berjengit, menahan ngilu di pipi hasil tamparan keras ayahnya barusan.

   "Aku nggak bisa, Papa." Gumamnya sambil menelan darah yang juga keluar dari gusinya. "Minta yang lain. Apa saja, aku pasti turuti. Apa pun selain Yibo."

   Wu Yifan berjongkok, meraih dagu Luo Yunxi dan menekankan jempolnya pada luka di ujung bibir omega itu, membuat anaknya itu meringis kesakitan.

   "Kamu bodoh, Papa sudah tahu. Karena itu menurun dari Ayah kamu. Tapi ternyata kamu bukan hanya bodoh, ya. Kamu budek juga. Sudah Papa bilang, Papa tidak mau yang lain. Hanya Yibo. Dan Panah Nusantara! Dengar, tidak?!" Bentaknya di depan wajah Luo Yunxi.

   Luo Yunxi tak menjawab. Hanya setetes air mata kembali mengalir di pipinya yang kini mulai membiru dan lebam. Ia menatap ayahnya dalam-dalam, meminta belas kasihan. Tapi ayahnya justru menoyor kepalanya dengan kasar sebelum berdiri dan memandanginya dengan tatapan menghina.

   "Nggak usah nangis!" Bentaknya. "Terserah. Kamu bisa pilih sendiri. Turuti mau Papa, atau keluar dari rumah ini, dan Papa akan dengan senang hati menghapus nama Papa dari akta lahir kamu."

   Luo Yunxi tertawa tanpa bersuara, berusaha menghibur patah hatinya yang terasa begitu kental di pembuluh-pembuluh darahnya.
  
   "Aku ini anak Papa bukan sih?" Tanyanya sinis, mulai menyerah pada kasih sayang khayalan yang selalu ia dambakan dari sang ayah.

   "Tentu. Ada darah Papa di badan kamu." Jawab Wu Yifan tegas. "Tapi Papa nggak pernah menginginkan kamu, sama seperti Papa tidak pernah menginginkan Ayahmu yang pelacur itu..."

   "Ayahmu yang pelacur itu..."

   Dan begitulah kalimat pendek itu terulang-ulang di kepala Luo Yunxi, menemani isak tangisnya yang tak kunjung berhenti, sementara ayahnya sudah menghilang entah ke mana.

☂️

   Luo Yunxi bimbang memilih antara mengetuk pintu rumah Jin Shuozhen yang kini sudah ada di hadapannya, atau berlari ke belakang, mencari jalan raya padat untuk melemparkan dirinya sehingga ia bisa tertabrak sampai mati di tempat. Ia merasa tak akan sanggup menatap mata sahabatnya lagi setelah apa yang dilakukannya seminggu lalu.

   Luo Yunxi sudah hampir akan mengambil keputusan kedua ketika pintu di hadapannya tiba-tiba menjeblak terbuka.

   "Masuk."

   Jin Taiheng muncul di ambang pintu dengan wajah tak terbaca yang makin membuat Luo Yunxi ketakutan.

   "Lo harus punya penjelasan yang bagus supaya gue bisa ngelindungin lo dari Yibo." Ujarnya sambil melangkah tenang di depan Luo Yunxi.

   "Dia marah sekali ya?" Luo Yunxi menyejajarkan langkahnya dengan Jin Taiheng.

   "Waktu lo telepon Xian tadi sih, dia sudah mau lempar hapenya kakak gue. Dan curi-curi denger setelah itu, kayaknya dia mau nonjok lo kalau ketemu nanti."

   Luo Yunxi terdiam, bergidik ngeri. Ia nyaris akan berbalik dan berlari secepatnya meninggalkan rumah itu ketika Jin Taiheng melanjutkan kalimatnya.

   "Tapi gue nggak ngerti yang dilakuin Xian." Ujar Jin Taiheng. "Bukannya menyetujui kebodohannya untuk mengiyakan permintaan konyol lo itu, tapi gue tahu lo juga akan melakukan hal yang sama kalau keadaan terbalik."

   Luo Yunxi mengiyakan dalam hati. Ia tak menyangka Jin Taiheng akan mengerti dirinya dan Xiao Zhan sampai sedalam itu walaupun mereka jarang bertemu.

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang