20. Xiao Zhan (Part II)

1.2K 132 2
                                    

   Xiao Zhan dan Jin Taiheng duduk di tepi kasur sambil melihat ke luar jendela. Ada surat tergeletak di antara mereka, sudah habis terbaca. Dan di atas surat itu, duduk sebuah bayangan yang tampak begitu jelas. Bayangan itu menggenggam tangan kedua orang disampingnya. Wajahnya tersenyum damai.

   Apa kabar kalian berdua? Anak-anak Daddy baik, kan?

   Sosok itu lalu menunduk dan menghela napas.

   Maafin Daddy, bisa? Dari awal Daddy tahu hal buruk akan terjadi. Tapi Daddy nggak berani terus terang sama kalian. Daddy nggak tahu juga harus cerita dari mana. Yang jelas saat itu Daddy cuma mau kalian hidup normal, tanpa harus dibebani cerita-cerita Daddy. Sayang, niat Daddy itu nggak membawa kebaikan, ya? Maafin Daddy, bisa?

   Sosok itu mengangguk-angguk.

   Pasti bisa. Anak-anak Daddy dua-duanya persis kayak Papa. Pemaaf. Jadi Daddy pasti dimaafin, kan?

   Omong-omong, sudah ketemu Yibo?

   Sosok itu tertawa sejenak.

   Yibo nyebelin, ya? Sifatnya memang jelek. Tapi, percaya sama Daddy, dia akan jaga kalian berdua. Xian, Heng, dengar. Hidup yang baik, oke? Apa pun yang sudah terjadi, lupakan. Mulailah hidup baru. Sekali lagi, maafin Daddy. Sekarang, kalian bertiga harus saling jaga. Dan, Xian, pastikan Heng menikahi orang yang tepat, oke?

   Ia tertawa lagi. Suara tawanya terdengar hangat dan nyata di telinga Xiao Zhan dan Jin Taiheng.

   Kalau saja Daddy bisa lihat kalian satu per satu menikah, pasti Daddy senang sekali, Papa juga. Daddy sayang kalian bertiga.
  
   Air mata mengalir di pipi Jin Taiheng. Xiao Zhan mendekat dan meraih tangan adiknya lalu menggenggamnya erat-erat. Xiao Zhan tak menangis, tapi ketika ia menyentuh dadanya, ada rasa sakit yang menggila di sana. Bagi mereka berdua, kehilangan sang ayah seperti kehilangan arah mata angin.

   Lalu mereka disuruh untuk melupakan semuanya? Bagaimana caranya? Xiao Zhan mengumpat dalam hati, menyalahkan sang ayah. Mudah saja bagi ayahnya untuk meminta mereka melupakan semua yang sudah terjadi karena ia sudah meninggal, sudah tak ada lagi di dunia ini. Tapi bagaimana dengan Xiao Zhan? Kenyataannya ia masih di dunia ini, masih bernapas, dan masih menenteng-nenteng kenangan mengerikan dari empat tahun lalu.

   "Maafin kakak, Heng. Kakak yang nggak bisa jaga Daddy waktu itu. Kalau saja saat itu Kakak pintar menembak seperti yang selalu diajarkan Daddy, Kakak pasti sudah menembak mati orang-orang itu semua. Kalau saja saat itu Kakak nggak ninggalin busur dan anak panah Kakak di tempat latihan, Kakak pasti sudah manah mereka tepat di jantung."

   "Heng yang harusnya minta maaf. Harusnya Heng cepat-cepat pulang. Harusnya Heng nurut sama Kakak hari itu." Jin Taiheng terisak setelahnya.

   "Jangan nangis," Xiao Zhan mempererat genggamannya. "Jangan nangis. Dan jangan takut. Kakak akan melindungi kamu. Oke?"

   Mendengar hal itu, Jin Taiheng tertawa di sela tangisnya. "Harusnya aku yang bilang begitu, Kak."

   Xiao Zhan ikut tertawa. "Hapus air mata kamu. Jelek banget sih anak cowok kok nangis."

   Jin Taiheng lalu tiba-tiba memeluk Xiao Zhan. "Makasih, Kak. Makasih kamu sudah pulang, makasih kamu sudah kembali jadi Xiao Zhan, kakak judesnya Jin Taiheng."

   Xiao Zhan menepuk-nepuk punggung adiknya. "Oke, sama-sama. Makasih sudah nungguin, dan makasih sudah dibawa pulang waktu itu. Kakak masih nunggu kado ulang tahunnya ya."

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang