9. Wang Yibo

1.4K 181 13
                                    

   Wang Yibo sudah siap menyambut Xiao Zhan yang tampak memasuki rumah. "Harusnya kamu bilang kalau mau putus," tukas Wang Yibo ketika pemuda lain baru saja menginjak anak tangga pertama.

   Xiao Zhan mendongak menatapnya yang berdiri di lantai atas dengan tatapan datar. Pemuda itu mengembuskan napas panjang, menurunkan kakinya, lalu berbalik menuju dapur. Sikap tak acuhnya membuat Wang Yibo naik pitam seketika.

   "Ini hari Senin seharusnya kamu sama saya, bukan sama Owen," serunya sambil melangkah terburu-buru menuruni tangga.

   "Aku nggak tahu kamu akan pulang malam ini," jawab Xiao Zhan setelah menenggak air putihnya. "Kamu mau aku buatkan susu?"

   Melihat ekspresi tenang Xiao Zhan amarah Wang Yibo semakin menjadi. "Saya tidak terima alasan itu, Xian. Saya punya standar sendiri untuk pacar-pacar saya. Waktu itu kamu yang mengemis-ngemis minta dijadikan pacar. Saya sudah kabulkan, tapi kamu malah tidak bisa menghargai kebaikan saya. Jadi kita putus saja," kata Wang Yibo dingin.

   Ia ingin hati pemuda didepannya sakit. Sesakit hatinya saat ini. Ia merasa diinjak-injak. Ia benci dijadikan nomor dua. Terlebih karena nomor pertamanya adalah Song Weilong. Kini ia makin tahu, memang tidak ada yang benar-benar menyayanginya. Cinta Xiao Zhan pun palsu. "Dan kamu harus tahu, saya paling benci susu. Kamu tahu kenapa saya selalu meminta kamu untuk membuatkan saya susu? Supaya saya diingatkan, kamu sama menjijikkannya dengan susu."

   Setelah kata-kata pedas itu menggema membekukan udara di dapur, Wang Yibo beranjak meninggalkan Xiao Zhan yang terpaku di tempatnya. Langkah kakinya terdengar begitu kasar di atas tangga. Ia membanting pintu kamarnya dengan keras, kini tubuhnya menggigil, gemetar menahan sakit. Ia naik ke kasur, akhirnya menyerah pada demam tinggi yang sudah sedari tadi menyiksanya. Ia bersembunyi di balik selimut, merintih, namun tak memanggil siapa-siapa.

   Karena sejak kecil belum pernah ada orang yang merawatnya di saat ia sakit, jadi ia akan menahan sakit ini seorang diri tanpa banyak protes. Seperti biasa.

   Tak berapa lama kemudian langkah Xiao Zhan terdengar samar di depan pintu kamarnya. Derit bunyi gagang yang digerakkan membuat Wang Yibo merinding. Perlahan pintunya terbuka, kepala pemuda itu menyembul dari balik pintu, mengintip ke arahnya takut-takut.

   Suara langkah kaki Xiao Zhan mendekat membuat Wang Yibo semakin kesal. Terlebih saat pemuda itu meletakkan tangannya di dahi Wang Yibo. Ia ingin melawan dan mengusir pemuda itu, tapi ia tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemah. Hanya tersisa napasnya yang tersengal-sengal menahan emosi.

   Xiao Zhan tersentak dan menarik tangannya kembali. Sakit kepala Wang Yibo makin menjadi membayangkan apa yang akan dilakukan pemuda itu setelah ini. Mungkin ia akan menangis, memeluknya, berpura-pura panik, memberikannya obat, dan melakukan hal lainnya untuk menunjukkan cinta palsunya itu. Belum apa-apa perut Wang Yibo sudah mual.

   Namun untuk kesekian kalinya, perkiraannya salah. Pemuda itu tidak berteriak panik, ia tidak berlarian mencari-cari obat ataupun berusaha untuk menghubungi dokter. Kaki pemuda itu hanya lemas. Ia terduduk di bawah, di samping tempat tidur Wang Yibo, tak bicara apalagi menyentuhnya.

   Setelah bertahun-tahun tak menangis, akhirnya Wang Yibo melihat air mata Xiao Zhan mengalir keluar. Mata Xiao Zhan menatap Wang Yibo lekat-lekat. Dingin sekaligus membakar. Ada aura cinta yang tak biasa melingkupi ruangan itu seketika. Membuat tubuh Wang Yibo semakin menggigil.

   "Oke, kita putus. Tapi jangan sakit, Yibo."

   Wajah Wang Yibo masih datar, tapi hatinya seakan tertampar. Dari ribuan kata-kata manis yang bisa dilontarkannya, pemuda itu justru memilih kalimat mengerikan itu. Gema detak jantung Xiao Zhan bergema memenuhi atmosfer ruangan. Terdengar lemah dan satu-satu. Hati Wang Yibo sakit mendengarnya.

   Semalaman Xiao Zhan menangis, membawa Wang Yibo pulang ke kenangan pahit.


.

.

.

To be continued.

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang