Wang Yibo menggenggam ponselnya erat-erat untuk menahan amarah. Saat turun dari mobil dan melihat Jin Taiheng menunggu di depan rumah lamanya, Wang Yibo hampir akan memukulnya. Tapi ia hanya mencengkeram lengan pemuda yang lebih muda itu kencang-kencang sampai ia meringis.
"Kenapa kakak lo?"
"Di.. dia pingsan, kayak yang gue bilang tadi di telepon."
Wang Yibo tertegun sesaat. Sebenarnya ia sudah merasa heran sedari tadi. Jin Taiheng tidak pernah meneleponnya sebelumnya. Tadi adalah kali pertama. Dan sekarang pemuda itu menjawabnya dengan nada takut-takut, padahal biasanya ia bahkan tidak mau menyahuti Wang Yibo.
"Ya kalau pingsan dibawa ke rumah sakit lah! Lo ada mobil, ada uang, kenapa harus manggil gue?" Bentak Wang Yibo.
"Ng.. nggak. Gue, gue ada urusan habis ini. Ada ujian di kampus dan kalau nggak ikut gue harus ulang tahun depan," jawab Jin Taiheng gugup.
Wang Yibo semakin mengerutkan dahi. Nonsense. Alasan itu terlalu dibuat-buat. Tapi ia sudah malas berdebat. Ditambah ia melihat ada mobil lain terparkir di sana. Ia pun melepaskan cengkeraman tangannya.
"Ada siapa di dalam?"
"Ada Leo.. sama nggak tahu siapa itu cowok satu lagi."
Owen. Wang Yibo tahu pria yang dimaksud itu pasti Song Weilong. Seketika amarahnya meningkat. Ia meninggalkan Jin Taiheng Dan masuk. Setelah enam belas tahun, inilah pertama kalinya Wang Yibo menginjakkan kaki ke rumah itu lagi.
Semuanya masih sama. Serba putih dan pucat. Payung-payung yang usang masih tergantung terbalik di halaman belakang. Ia melangkah sana tanpa memedulikan pemandangan itu sambil mengusir ingatan-ingatan yang bangkit di kepalanya. Ia juga melewati kue ulang tahun di dapur yang kini lilinnya sudah hampir habis meleleh. Ia menuju langsung ke kamar.
"Minggir!" Perintahnya tak sopan pada Song Weilong yang duduk disisi Xiao Zhan.
Luo Yunxi tak bicara apa-apa sementara Song Weilong menatapnya kesal. Wang Yibo tahu Song Weilong ingin marah namun menahan diri. Song Weilong terlihat sangat kuatir dan itu membuat Wang Yibo merasa mual. Namun Song Weilong akhirnya berdiri juga dan menjauh dari sana, memperlihatkan Xiao Zhan yang tampak lemah dan pucat. Wang Yibo menggelung tubuh Xiao Zhan ke dalam gendongannya. Tubuhnya begitu kecil hingga Wang Yibo merasa bukan menggendong seorang manusia.
Wang Yibo melangkah ke luar tanpa permisi pada Luo Yunxi dan Song Weilong. Song Weilong menatap semakin keji, tapi Wang Yibo tak peduli. Jin Taiheng tampak berdiri melekat pada pintu, seakan takut Wang Yibo akan meraih dan menyeretnya. Wang Yibo melewatinya dan segera menuju mobil. Ia mendudukan Xiao Zhan di jok samping kemudi. Kepalanya terkulai ke samping membuat rambut yang basah oleh keringat bergeser dan menutupi matanya.
"Lo, pulang sekarang. Urusin kakak lo!" Bentak Wang Yibo pada Jin Taiheng yang masih belum bergerak dari posisi semula. Tatapannya kosong namun tertuju pada kakaknya. Seakan-akan pikirannya sedang melayang-layang. Mulutnya terlihat kaku.
Akhirnya Wang Yibo memutuskan untuk segera pergi dari sana sebelum ia gagal mengontrol amarahnya.
Berkali-kali ia melirik Xiao Zhan sambil menyetir, berusaha mencapai rumah secepat mungkin. Melihat pemuda itu tidur pulas, ia makin kesal, karena membayangkan betapa banyak pekerjaannya yang terbengkalai karena mengurusi satu omega lemah yang pingsan.
Hingga mereka sampai di rumah, Xiao Zhan masih belum sadar juga, jadi Wang Yibo harus menggendongnya lagi ke kamar. Tanpa disuruh, Meng Ziyi langsung menelepon dokter. Reaksi kuatir berlebihannya ketika melihat Xiao Zhan membuat Wang Yibo semakin gerah.
Apa yang istimewa sih dengan orang pingsan? Bukankah semua orang bisa pingsan dan sakit? Tinggal panggil dokter dan minum obat, kan? Perlu ya bersikap panik berlebihan seperti itu?
Meng Ziyi dengan panik memegangi wajah Xiao Zhan dan memanggil-manggil namanya. Baju Xiao Zhan sudah basah dengan keringat dingin. Meng Ziyi membuka bajunya dan langsung menggantinya dengan yang baru tanpa menyadari Wang Yibo masih di ruangan itu. Ia cuma berdiri memperhatikan di sisi ruangan. Adegan-adegan ini membuka beberapa luka di hatinya. Ia mulai menerka-nerka kapan terakhir kali ada orang yang sekuatir itu saat ia sakit. Rasanya tidak pernah dan tidak ada.
Wang Yibo baru akan keluar dari kamar Xiao Zhan saat tiba-tiba pemuda yang pingsan itu berteriak begitu kencang. Membahana memekakkan telinga. Wang Yibo berbalik terkejut. Meng Ziyi juga terlihat sama terkejutnya. Hingga tidak berani mendekat. Xiao Zhan di berteriak dalam tidurnya. Tubuhnya meringkuk dan bergulung hingga jadi kecil sekali. Urat-urat dilehernya menegang mengeluarkan suara melengking yang menusuk.
Tersadar, seketika itu pula Wang Yibo panik dan ketakutan.
Wang Yibo segera menghampirinya walaupun masih belum yakin harus melakukan apa. Air mata keluar dari sudut mata Xiao Zhan. Wajah Xiao Zhan mengeryit seakan menahan sakit.
"Bangun!" Wang Yibo menggoncang tubuh Xiao Zhan dengan kasar. "Bangun!!!"
Mata Xiao Zhan tiba-tiba terbuka. Tatapan mata yang memerah itu awalnya kosong, lalu berubah menjadi nanar. Ia masih bergelung di atas tempat tidur, terlihat takut dan gemetar hebat. Bola matanya mulai bergerak sedikit demi sedikit menyusuri sudut ruangan hingga akhirnya menatap Wang Yibo. Semula ia diam.
Wang Yibo tertegun. Di sana Wang Yibo tidak menemukan cinta yang selalu dilihatnya. Hari ini, untuk pertama kalinya, ia melihat kebencian yang begitu hebat di mata pemuda itu. Xiao Zhan lama menatapnya seakan ia tidak mengenal Wang Yibo, membuat Alpha itu ketakutan. Baru Wang Yibo akan menyentuhnya lagi, tiba-tiba Xiao Zhan berteriak lalu berdiri dan memecahkan apa pun yang bisa dijangkau nya. Terus, terus, sampai akhirnya, ia menyambar leher Wang Yibo. Xiao Zhan mencekiknya sambil menangis.
Wang Yibo hampir mati tersekat. Tangannya berusaha menepis tangan Xiao Zhan, tapi entah kekuatan dari mana, Xiao Zhan tak bisa disingkirkan.
Tubuh Wang Yibo terdorong ke dinding dan Xiao Zhan menatapnya makin nanar. Di sela-sela mencoba menarik napas sebanyak yang mampu ia lakukan, Wang Yibo menatap balik mata Xiao Zhan. Dan saat itulah ia tercekat. Bukan tercekat karena cekikan tangan di lehernya, tapi oleh kesedihan yang terpancar dari mata Xiao Zhan. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat kesedihan sedalam itu. Bahkan di matanya sendiri pun, sosok yang ia anggap sebagai yang paling malang di dunia ini, ia belum menemukan kesedihan seperti itu.
Tiba-tiba Wang Yibo ingin menangis. Tangan Xiao Zhan di lehernya panas bagai terjulur dari neraka, memeras semua kenangan pahitnya.
Saat itulah dokter datang dan segera bertindak begitu melihat apa yang terjadi. Meng Ziyi membantunya menjauhkan Xiao Zhan dari Wang Yibo. Kemudian dokter menyuntikkan obat penenang ke tangan omega itu. Sedangkan Wang Yibo berakhir di pojok ruangan, gemetar melihat tubuh pemuda itu lama-kelamaan menjadi lemas.
Sebelum Xiao Zhan sungguh jatuh ke dalam dunia tidurnya, mulutnya menggumamkan kalimat paling mengerikan di telinga Wang Yibo.
"Jangan! Jangan bunuh Daddy!!"
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...