Xiao Zhan terperanjat ketika Song Weilong tiba-tiba sudah ada di sebelahnya dan menarik tangannya yang baru saja akan menembakkan panah.
"Coba aku lihat," ujarnya.
"Owen!" seru Xiao Zhan. "Kamu dari kapan di sini?"
"Dari tadi, tapi kamu terlalu sibuk manah." Ia nyengir lalu kembali memandangi telapak tangan Xiao Zhan. "Kenapa nggak pakai sarung tangan?"
"Oh, lupa bawa."
"Lain kali, dipakai." Song Weilong menyodorkan sarung tangan khusus untuk memanah berwarna hitam dengan sulaman emas berbentuk maka Xiao Zhan di bagian tengah pergelangannya.
"Terima kasih," jawab Xiao Zhan sambil tersenyum. Ia suka sekali dengan hadiah itu, namun ia terlalu antusias mengingat ia dan Song Weilong masih bertengkar karena masalah tempo hari.
Mereka berdua lalu duduk di atas rumput arena.
"Sori ya. Aku nggak seharusnya marah-marah. Tante Ziyi sudah jelasin semuanya waktu aku keluar kamar waktu itu. Aku cuma ngeri saja lihat banyaknya rokok kamu waktu itu. Dan aku tahu kamu bukan tipe orang yang bisa di bujuk-bujuk. Itu makanya aku berbuat nekat kayak begitu. Setelah dipikir-pikir, aku yang gegabah sih. Seharusnya aku tanya dulu sama kamu soal rokok-rokok kamu itu."
Xiao Zhan tertawa. "I knew it, Wen. Terima kasih untuk kenekatan kamu. Tapi aku akan lebih berterima kasih kalau kamu nggak melakukan hal seperti itu lagi nanti. Aku bisa gila. The way you treated me is just too weird. Sometimes it's unbearable yet I know I need it though. I can't lose you. I think these playboy things of yours are really working on me."
Tadinya Xiao Zhan mengira Song Weilong akan tertawa mendengar kalimatnya. Tapi pria itu, tak seperti biasanya, tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum kecut lalu berdiri.
"Sudah malam, aku antar kamu pulang," ujarnya sebelum mulai membereskan perlengkapan panah Xiao Zhan dan memasukkannya ke dalam tas.
"By the way, mereka luar biasa." Xiao Zhan menunjuk perlengkapan memanah pemberian Song Weilong yang tadi digunakannya.
"Oh, ya! Baguslah," jawab Song Weilong datar. Setelah membereskan semuanya, pria itu berjalan mendahului Xiao Zhan. Sepanjang perjalanan ia hanya diam dan berkonsentrasi dengan setirnya.
"Aku salah ngomong, ya?" Tanya Xiao Zhan ketika mereka sudah sampai di depan rumah.
Song Weilong melepaskan sabuk pengamannya dan menyandarkan tubuh pada sandaran jok. Lalu menjawab, "Nggak juga."
"Nggak juga, berarti ada yang salah."
"Kamu tahu mantanku ada berapa?"
"Lima puluh?" Tebak Xiao Zhan.
Song Weilong tersenyum kecut. "Empat puluh sembilan."
"Apa? Gila!" Pekik Xiao Zhan.
"Ditambah pacarku sekarang, ya berarti sebentar lagi, seperti kata kamu, mantanku akan ada lima puluh. Kebanyakan mereka itu, model, aktris, seniman, atau rekan kerjaku yang kariernya cemerlang. Tapi yang kuantar-jemput, bukannya lima puluh orang tadi, yang sempurna, yang sehat dan normal, tapi justru kamu. Xiao Zhan, pacar hari Senin Wang Yibo, yang terkadang suka kumat penyakitnya, yang pendiam dan aneh. Lucu, ya?"
Ucapan Song Weilong yang begitu tiba-tiba membuat Xiao Zhan tertegun, sampai ia tak tahu harus membalas apa.
"Biasanya aku ketemuan di restoran atau di hotel sama pacar-pacarku. Nggak pernah aku jemput, dan pulangnya langsung pisah sendiri-sendiri. Karena aku nggak mau tahu rumah mereka, dan aku juga nggak mau mereka tahu di mana rumah aku. Aku nggak ingin mereka kenal teman atau keluarga aku. Itu gaya pacaranku. Maksudnya, supaya kalau putus, jadi lebih mudah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...