39. Wang Yibo

929 99 1
                                    

   Luo Yunxi menghapus air mata terakhirnya sebelum melepaskan pelukan Xiao Zhan. Jin Taiheng menawarkan diri mengantar pemuda omega itu pulang, sedangkan Song Weilong dan Wang Yibo tetap tinggal di kamar itu. Xiao Zhan sudah kembali duduk di pinggir tempat tidur, meraih segelas air putih di atas nakas, dan meneguknya sampai habis seakan ia bisa me-recharge ulang kekuatannya dengan itu.

   Song Weilong menghampiri Xiao Zhan lalu berlutut di hadapannya. "Lapar nggak? Mau makan apa kamu?"

   "Hmm," Xiao Zhan berpikir sejenak. "McD?"

   Wang Yibo mengerutkan dahi. Dari semua makanan mahal yang bisa dibelikan Wang Yibo dan Song Weilong, Wang Yibo ingin tahu kenapa Xiao Zhan memilih makanan murah itu.

   "Pas! Aku juga lagi pengen makan McD." Sahut Song Weilong antusias.

   Wang Yibo selalu iri pada Song Weilong setiap kali melihatnya seperti sekarang ini. Ia ingin memiliki pengendalian diri sehebat itu. Ia tahu Song Weilong juga khawatir soal Xiao Zhan. Tapi pria itu bisa menutupi dengan sempurna dan justru mempertahankan senyum dan tawa tolol di wajahnya. Sedangkan Wang Yibo selalu kaku. Kekhawatiran terlalu terlukis di sikap dan raut mukanya.

   "Lo mau juga?" Tanya Song Weilong pada Wang Yibo sebelum beranjak dari sana.

   "Boleh," jawabnya pasti, sambil berharap McD itu akan membuatnya sedikit saja seperti Song Weilong.

   Song Weilong pergi dari sana dan suasana di dalam menjadi dingin.

   "Yibo.." panggil Xiao Zhan tanpa menoleh. Wang Yibo langsung menghampiri pemuda itu dan duduk disebelahnya.

   "Ya?"

   "Kamu jadi pacarnya Leo saja." Sebaris kalimat pendek itu berhasil membuat Wang Yibo mematung sesaat. Lalu kemarahannya segera memuncak.

   "Maksudnya apa nih?"

   "Kasihan Leo—"

   "Apa sih!" Potong Wang Yibo penuh emosi. "Dengar ya, kalau pun saya bukan pacar kamu saat ini, saya tetap nggak akan jadi pacar Leo. Kasihan Leo katamu? Lalu saya? Saya ini ada harganya nggak sih di mata kamu? Sekali-sekali berpikir pakai logika, Xian!" Serunya.

   "Justru aku berpikir dengan logika, Yibo..."

   "Xian!" Bentak Wang Yibo sambil berdiri. "Stop ya! Kamu buat saya marah!"

   "Tapi aku takut!" Xiao Zhan balas berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri.

   Melihat hal itu, amarah Wang Yibo langsung padam seketika. Ia segera berlutut di hadapan Xiao Zhan dan meriah tangan omega itu. "Takut apa?" Wang Yibo melembutkan suaranya.

   "Kalau Om Yifan dulu memang membunuh Daddy, bagaimana kalau kali ini dia bunuh kamu?" Ketakutan terpancar begitu mengerikan dari mata Xiao Zhan. "Jadi, ayolah. Turuti saja maunya. Pacaran saja sama Leo." Xiao Zhan ganti menggenggam tangan Wang Yibo erat-erat, hingga kukunya membiru. "Aku nggak bisa kehilangan kamu." Isaknya.

   Wang Yibo menatapnya heran. "Kalau saya pacaran sama Leo, sama saja kamu kehilangan saya juga, kan?"

   "Nggak, selama aku bisa lihat kamu, aku nggak kehilangan kamu."

   "Apa ada bedanya?"

   "Ada. Besar."

   Di saat itulah hati Wang Yibo menjadi terenyuh. Itu adalah kali pertamanya melihat ekspresi orang yang begitu takut kehilangannya. Yang terekam selama ini di memori Wang Yibo hanyalah wajah ibunya yang membencinya, wajah bawahan-bawahan yang memandangnya dengan keji namun menjilat, atau wajah omega-omega yang hanya tergiur dengan ketampanan dan kekayaannya.

   Tapi di wajah Xiao Zhan, Wang Yibo melihat kasih sayang itu. Begitu nyata, begitu ajaib, begitu menyenangkan, dan... Begitu menyedihkan.

   "Jangan mikir aneh-aneh ya." Wang Yibo mengusap pipi Xiao Zhan yang semakin lama semakin menirus. "Sekarang yang penting kamu ikutin apa kata saya. Saya akan berpura-pura pacaran dengan Leo, sementara kamu dan Taiheng akan tinggal di rumah Owen dulu. Kita akan jalani ini sampai saya dapat cukup bukti soal keterlibatan Yifan dengan kematian ayah kamu. Pasti ada jalan. Jadi kamu jangan khawatir. Oke?"

   Jangan khawatir?
  
   Wang Yibo skeptis pada dirinya sendiri. Sedangkan pada saat mengatakan hal itu, ia mengetahui benar ketakutan yang menari mengejek di hatinya. Wang Yibo tak yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

.

.

.

To be continued.

FOREVER MONDAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang