Luo Yunxi memijat dahinya dengan resah. Kepalanya pusing setiap kali Xiao Zhan menceritakan soal Wang Yibo. Begitu banyak cerita yang disampaikan sahabatnya itu, tapi tak ada yang baik soal Wang Yibo. Semua seputar tingkat lakunya yang brengsek, brengsek, dan brengsek.
Yang lebih memuakkan lagi, Xiao Zhan cinta mati pada lelaki brengsek itu. Kalau ditanya mengapa, ia selalu tak bisa jawab. Ada cinta seperti itu? Kalau Xiao Zhan punya satu alasan saja, Luo Yunxi akan berhenti menentang hubungan mereka. Satu saja. Sebab cinta tanpa alasan itu bagi Luo Yunxi cuma cocok untuk novel atau film roman. Bukan di dunia nyata. Dunia nyata butuh logika.
"Nggak kaget gue," ujar Luo Yunxi sambil mengisap sebatang rokok dan menyilangkan kaki di atas bangku taman kampus yang terletak di bawah pohon besar. Tidak ada yang aneh dengan Wang Yibo membatalkan makan malam dan tertidur saat Xiao Zhan sudah menyiapkan susu sesuai permintaannya. "Masih senang dengan predikat 'pacar hari Senin' lo itu?" tanyanya sinis.
"Sejauh ini, masih," jawabnya.
"Dasar cowok gila," desis Luo Yunxi.
"Tapi dia datang ngebelain gue waktu Heng marah-marah, Leo."
"Yaelah. Lo bego atau pura-pura bego nih? Yibo nggak belain lo, sadar nggak sih? Dia membela dirinya sendiri karena nggak rela dikata-katain cowok brengsek sama adek lo itu. Dan seharusnya lo ngebelain adek lo, Xian. Bukan Yibo. Cinta lo terlalu buta!" omel Luo Yunxi.
Raut wajah Xiao Zhan langsung berubah keruh. "Kalian nggak ada yang ngerti arti hari Senin ini buat gue."
"Nggak ngerti, dan gue nggak mau mengerti. Ganti topik. Sabtu ini bokap gue pergi ke pesta ulang tahun pemilik World Line. Bisa temani?"
"World Line? Kompetitor Panah Nusantara itu? Bukannya pemiliknya sudah tua, ya? Sudah punya istri sama anak malah. Ayah lo mau jodohin lo sama dia juga?"
"Mungkin," jawab Luo Yunxi tak peduli.
"Gila! Jangan mau, Le! Lo kan bisa nolak," desak Xiao Zhan. Kalau Luo Yunxi benci Xiao Zhan yang terus mencintai Wang Yibo, Xiao Zhan juga benci Luo Yunxi yang terus tunduk pada ayahnya yang semena-mena.
Jadi tampaknya Luo Yunxi dan Xiao Zhan satu sama.
"Ya nggak bisa dong. Hidup gue ya punya bokap gue."
"Cowok sinting," desis Xiao Zhan.
"Sama kayak lo."
Bagi Xiao Zhan hidup Luo Yunxi mengerikan. Begitu pula sebaliknya. Mungkin itu yang membuat mereka akhirnya bersahabat. Karena mungkin itu yang membuat mereka akhirnya bersahabat. Karena mereka sama-sama hidup dalam dunia mengerikan yang terbungkus cantik oleh bergelimang nya harta.
"Ya sudah, gue temani," sahut Xiao Zhan pasrah.
"Oke, jam tujuh gue jemput ya. Formal."
Xiao Zhan mengangguk mengerti.
"Gue pergi dulu kalau gitu." Luo Yunxi mematikan rokoknya dengan menekan ujungnya ke atas persegi-persegi semen—tempat para mahasiswa duduk-duduk—dan melemparkan puntungnya ke tong sampah terbuka yang berada tak jauh dari situ. Beberapa mata mengawasinya sinis. Luo Yunxi tak peduli.
"Mau kemana? Kita kan masih ada kelas," tahan Xiao Zhan.
"Ke kantor. Ada proyek dari Papa. Nanti malam gue telepon kalau sempat, oke?"
Xiao Zhan mengangguk dan tak menahannya lagi. Sambil melangkah pergi, Luo Yunxi tertawa sinis. Mereka boneka-boneka hidup. Cantik dan mati.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...