Song Weilong memutar-mutar ponselnya sambil meregangkan leher. Ia mendengus, menahan kesal. Xiao Zhan tak juga menelepon. Chat pun tidak. Trik tarik-ulur nya tidak berhasil.
Tapi beberapa menit kemudian ponselnya bergetar. Ia membalikkan ponselnya yang tadi sempat ia telungkupkan.
Xiao Zhan calling.
I win!
"Halo?" Suara Xiao Zhan di seberang terdengar dingin tanpa ekspresi.
"Hai, Xian," Song Weilong juga membuat suaranya terdengar serupa. Song Weilong menunggu Xiao Zhan bicara lagi, tapi pemuda itu diam.
"Kamu di mana?" Tanya Song Weilong karena sudah tak tahan menunggu kebisuan lenyap.
"Di dalam mobil, depan kampus," jawab Xiao Zhan.
"Jam berapa kamu selesai kuliah?"
"Ini masih mengumpulkan niat untuk turun dari mobil dan pergi ke kelas."
"Go out with me?"
Xiao Zhan tak menjawab selama beberapa detik. "Oke. Kita mau ketemu di mana?" Tanyanya akhirnya.
Senyum licik Song Weilong terukir miring, menegaskan garis-garis wajah tampannya. Xiao Zhan tak sesulit perkiraannya.
"Di The Sugarush Café. Bagaimana?" Song Weilong mengajukan tempat favoritnya—kafe di jalan Braga yang menyajikan suasana nyaman dengan perpaduan warna merah, hitam, abu-abu, dan cokelat dari furniture yang sebagian besar terbuat dari kayu. Sejauh ini incaran-incarannya yang ia ajak ke sana sebelumnya selalu jatuh cinta pada tempat itu.
"Oke. Setengah jam lagi aku sampai di situ," jawab Xiao Zhan.
Tak perlu menunggu semenit bagi Song Weilong untuk langsung terbangun dari bangku, menghampiri sekretaris untuk membatalkan semua jadwal meeting, merapikan rambut sejenak di hadapan kaca mobil, dan segera meninggalkan kantor.
Dalam lima belas menit Mustang merahnya sudah membelah jalanan Braga yang menyuguhkan suasana klasik bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda. Ia hampir akan memarkir mobilnya tepat di depan The Sugarush, namun ia mengurungkan niat dan memposisikan mobilnya agak jauh di spot di mana ia tetap bisa melihat ke kafe tujuannya.
Ia ingin bermain-main sedikit.
Song Weilong duduk diam di dalam mobil, menunggu dengan sabar hingga melihat Xiao Zhan sampai. Seorang sopir tampak turun dari jok kemudi dan membukakan pintu bagi pemuda itu. Posisi duduk Song Weilong berubah tegang saat melihat perawakan Xiao Zhan yang keluar dari mobil sementara mobil pemuda itu melaju pergi dari sana. Tangan pemuda itu di perban tebal di bagian telapak dan siku.
Apakah itu luka-lukanya kemarin? Tapi perban yang membalut tangannya sekarang tampak agak berlebihan untuk luka-luka yang kemarin Song Weilong lihat.
Song Weilong ingin keluar saat itu juga, namun hatinya menahan tangannya yang sudah hampir membuka pintu mobil. Matanya lekat mengikuti pergerakkan Xiao Zhan yang kini duduk diam menunggu di dalam kafe. Pemuda itu duduk di dekat jendela. Menit demi menit berlalu. Sudah genap lima belas menit lewat dari waktu yang mereka janjikan sebelumnya, tapi Xiao Zhan masih duduk dengan tenang di sana.
Pemuda itu tidak memandang keluar jendela sama sekali, jadi Song Weilong tak perlu kuatir bahwa dirinya akan terlihat. Ia berusaha menyelidiki mata Xiao Zhan yang menatap kosong ke depan sambil sesekali mengaduk kopi yang belum diminumnya sedikit pun. Tatapan itu terlalu kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MONDAY [Completed]
FanfictionXiao Zhan akhirnya mendapatkan hari Senin untuk menjadi pacar Wang Yibo, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu orang untuk satu hari. Sampai Xiao Zhan bertemu Song Weilong, playboy lainnya yang berparas tampan. Song Weilong mengubah hidup...