Chapter 29| Open Identity (3)

28 8 0
                                    

"Jadi bagaimana keadaan putriku, dan juga informasi apa saja yang kau dapat dari NIS dan A.O.K?"

Ya, beberapa hari ini memang Jeha diberikan tugas khusus oleh Tuan Park untuk mencari tahu mengenai keadaan putri nya yang berada di Oxford, maupun 'musuh' nya saat ini, dan apa yang diincar sehingga mengancam keluarganya.

"Untuk saat ini nona sudah berada di tangan A.O.K kembali dan dalam keadaan aman, mengenai yang diincar organisasi itu adalah sebuah chip." Jelas Jeha pada Tuan Park

"Chip?!"

Tuan Park mengulang kata apa yang ia dengar dengan sedikit mengerutkan alisnya.

"Apa maksudmu? aku tak memegang chip, chip apa yang mereka maksud ? bukannya mereka selalu mencoba menghack security system kita, lalu apa hubungannya dengan chip?" geram Tuan Park sambil mengepalkan tangannya.

Jeha tampak menggelengkan kepalanya pelan, dan mengatakan pada Tuan Park mengenai asumsi nya yang tak lain adalah data pemerintahan yang disimpan di perusahaannya merupakan sumber keterkaitan nya dengan chip yang dimaksud.

"Apa mungkin data terakhir yang dipindahkan oleh pemerintahan itu adalah isi dari chip yang organisasi itu cari?" gumam Tuan Park sambil mengetuk ngetukkan jari nya di meja.

Setelah percakapan penting tersebut Tuan Park mengucapkan terimakasih nya pada Jeha atas informasi yang ia laporkan tersebut.

"Kalau begitu saya permisi dulu Direktur Park," ucap Jeha sambil membungkukan badannya.

'Aku harus mencoba mencari tahu mengenai data tersebut.' lirih Tuan Park dalam hati.

***

Jeane dan X10 kini sudah berada di dalam pesawat pribadi milik Jackson, yang sudah disiapkan khusus untuk mereka kembali ke Korea.

Sebelum keduanya pergi, X10 tidak sempat berpamitan dengan Jackson, dikarenakan Jackson mendadak ada aktivitas lain yang ia harus kerjakan sebelumnya, dan Jackson hanya menitipkan surat saja yang khusus ia titipkan untuk X10 melalui salah satu orang kepercayaannya.

Semenjak di dalam pesawat pribadi milik Jackson, Jeane hanya terdiam, tanpa banyak bertanya apapun pada X10, yang ia yakin adalah bahwa jika X10 berada di samping nya ia akan aman.

"Ane kau kenapa? Adakah yang mengganggu pikiranmu?" tanya X10 lembut pada Jeane.

"Mmm, I..-itu, aku rindu oppa ku, terakhir aku memberi pesan padanya saat akan sidang,"

Jeane tampak mengambil nafasnya sejenak, sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Namun aku tidak memberi kabar padanya lagi, entah perasaanku tak enak, aku takut William oppa mengkhawatirkanku, walaupun kami sering bertengkar, tapi tetap saja dia yang paling menjagaku." lirih Jeane tanpa sadar menjabarkan keluh kesah nya selama ini pada X10.

"Baiklah nanti aku akan cari cara agar kamu bisa memberi kabar pada oppa mu itu,"

"Terimakasih Niel oppa," ucap Jeane sambil memeluk X10 erat.

"Kita akan melakukan perjalanan jauh, kau istirahatlah lebih dulu," ucap X10 pada Jeane yang kini berada dalam dekapannya.

"Hng,"

Jeane pun menyamankan posisi nya dalam dekapan X10, dan mulai memejamkan maniknya.

Semenjak penculikan itu, kini Jeane tak pernah canggung ataupun malu berdekatan dengan X10, bahkan pemuda itu juga lah yang bisa mengobati perasaan traumanya yang terkadang menghantuinya.

X10 [END]Where stories live. Discover now