Chapter 44| Open Identity (5)

24 10 2
                                    

X10 kini masih berada di perjalanan menuju tempat tinggal nya di Kanada yang tak lain Calgary.

Kali ini X10 memilih melalui jalur darat bukan jalur udara seperti saat ia berangkat, sebab tak memungkin kan baginya saat ini, untuk menggunakan jalur udara, terlebih anggota dari Mark terakhir masih mengikuti dirinya.

X10 menaikkan kecepatan mobil nya, saat jalanan menuju Calgary tampak lenggang dan sepi.

Lalu bukankah X10 baik baik saja ?

Ya, X10 baik baik saja, hanya saja saat ini ia tidak dapat memberi informasi mengenai dirinya, karena terbatas alat komunikasi yang ia punya rusak, baik pada Joe maupun lainnya, termasuk Jeane.

Entah mengapa selama perjalanan X10 tampak beberapa kali memikirkan Jeane, ada perasaan tak enak yang ia rasakan saat tak dapat mengabari Jeane apapun.

"Ane, tunggu aku ... kau harus percaya pada ku ... bahwa semuanya akan baik baik saja," gumam X10 sambil terus melajukan mobilnya.

***

Korea

Seorang pemuda dengan tegas memimpin jalannya rapat kali ini, bahkan sesekali pemuda itu tampak mengoreksi usulan usulan yang menurut nya tidak sesuai dengan visi perusahaan.

Ya, pemuda itu tak lain adalah William.

Dengan pembawaan tenang William berhasil menyelesaikan rapat kali ini dengan lancar, kalau biasanya Tuan Park yang akan menjadi pemimpin rapat, tetapi tidak untuk hari ini, Tuan Park telah melimpahkan seluruh tugas nya pada William, karena Tuan Park mengambil cuti selama dua hari, karena kondisi tubuhnya yang sedang menurun.

William sebenarnya tau alasan ayah nya, akhirnya jatuh sakit, pasti tak lain karena memikirkan ancaman ancaman yang belakangan ini ia pendam sendiri yang datang padanya.

Untuk itu William, dengan senang hati mengambil semua limpahan pekerjaan sang ayah, ia tak mau jika ayah nya akan jatuh sakit lebih parah dari saat ini yang hanya cenderung sakit ringan. Namun beda nya kali ini William ditemani oleh sekretaris dari Tuan Park, bukan ditemani oleh sekretaris dirinya.

Lalu kemana Stela ?

Itu juga yang menjadi pertanyaan William saat ini, bagaimana tidak, biasanya saja Stela sudah memberikannya jadwal keseluruhan yang akan di lakukan William hampir seminggu penuh, sekaligus memberitahukan dokumen mana yang harus ia dahulukan untuk penandatanganan, tapi sekarang justru Stela menghilang begitu saja, seolah di telan bumi, tanpa ada kabar sedikit pun pada William.

Adapun pertemuan William dan Stela sekretaris nya terakhir kali adalah saat dirumahnya, dengan membawakan berkas berkas padanya.

Disaat semua orang sudah keluar dari ruang rapat, William dan juga Jeha sekretaris Tuan Park masih setia berada di ruangan rapat tersebut.

William memijit pelipis nya, dan menghela nafas nya pelan.

"Jeha-ssi, bisakah kau selidiki sekretaris saya , saya merasakan ada yang janggal disini."

Jeha mengerutkan alisnya seolah tak percaya, pasalnya yang Jeha tahu bahwa sekretaris William tidak masuk karena sakit, dan itu juga yang dikatakan oleh William sendiri.

Ya, William berbohong pada Jeha, bahkan pada seluruh orang yang hadir di rapat sebelumnya yang William pimpin.

Mengapa William seolah menutupi ?

Karena William tak ingin semua orang yang ada di perusahaan menyadari bahwa perusahaan nya sedang dalam target sebuah organisasi.

"Maksud anda Pak William?"

William mengetukkan jarinya dimeja, seolah ia sedang mempertimbangkan dari apa yang ingin ia katakan pada Jeha.

"Aku rasa Stela ada hubungannya dengan organisasi, semoga saja feeling ku salah, aku hanya ingin mengkonfirmasi mengenai instingku ini," ucap William tenang, sambil mengingat kejadian kejadian terakhir saat pertemuannya dengan Stela di rumahnya.

Jeha yang mulai memahami maksud William langsung menganggukan kepalanya.

Ia tahu bagaimanapun juga William memiliki insting maupun pemikiran yang cerdas, untuk itu Jeha langsung melaksanakan perkataan William, yang sebenarnya bukan lah atasannya langsung.

"Baik, akan saya urus sesuai perkataan Pak William."

"Hng, terimakasih." ucap William sambil bangkit dari tempat duduk nya, dan melangkahkan kaki nya keluar dari ruangan rapat itu.

'Jika ia benar mata mata organisasi, jangan sampai ia mendapat kan kartu ace ku, tunggu .... apa dia mendengar ucapanku waktu itu dengan Sojin hyung ?' batin William.

***

Seorang gadis dengan pakaian dress selutut di balut rompi yang pas dengan tubuh nya, dan rambut yang ia kuncir satu dengan rapi duduk dengan manis di hadapan pemuda yang tengah menyesapi latte nya.

"Jadi apa yang kau dapatkan?" ucap pemuda itu to the point.

"Ini Sir," ucap gadis itu sambil menyodorkan sebuah amplop licin berwarna abu abu yang sedari tadi sudah ia pegang.

Dengan cepat pemuda itu mengambil amplop tersebut, dan membuka nya perlahan.

Manik pemuda itu tampak sedikit cerah dari sebelumnya, pasalnya ia tak percaya bahwa dokumen yang selama ini tengah mereka cari sudah berada di tangannya.

"Bagaimana Sir?" tanya gadis itu, sambil menyunggingkan sekilas ujung bibirnya.

"Kerja yang bagus, tak sia sia aku menyuruh mu masuk kesana," ucap pemuda itu dengan bangga.

"Dari mana kau mendapatkan dokumen ini?" tanya pemuda itu.

"Dari bosku yang naif," ucap gadis itu sinis.

"Sudah kuduga dia menyimpannya," ucap pemuda itu sambil mengangguk - anggukan kepala nya pelan.

"Sir.... bolehkah kali ini aku memanggilmu seperti dulu ... Hanjin-ah??" tanya gadis itu dengan sedikit penekanan di akhir kata saat memanggil nama pemuda yang ada di hadapannya.

Hanjin terdiam seribu bahasa.

"Hanjin-ah, tak bisakah kita seperti dulu? aku sudah membantu mu kali ini," ucap gadis itu merajuk.

"Kau boleh memanggil namaku, tetapi untuk saat ini menurutku lebih baik kita seperti ini tidak lebih, cari pemuda lain Stela," ucap Hanjin dingin sambil beranjak dari tempat duduk nya meninggalkan Stela.

Stela diam, ia tak menyangka bahwa pemuda yang selama ini ia cintai akan menyuruhnya mencari pemuda lain, bukankah hal itu terdengar konyol baginya?.

"Yak !! Hwang Hanjin !" pekik Stela marah, karena merasa di campakkan.

Hanjin yang baru saja berniat membuka pintu, langsung menghentikan langkah nya.

"Jangan kau teriakan namaku seperti itu, kau ingat, aku Shadow disini." Telak Hanjin yang masih tetap dalam pendiriannya.

Seketika cairan bening, yang sebelumnya sempat ia tampung kini membasahi kedua pipi Stela.

"Kau jahat Hanjin-ah .... k-kau akan menyesal," lirih Stela sambil mengepalkan kedua tangannya yang bebas.

dilain tempat .....

'Maafkan aku Stela tak seharusnya kau menyukai orang seperti ku, dan maaf menggunakan mu untuk kepentingan organisasi.'

..............

TBC

See you next chapter

Please leave comment and vote ...

.
.

Seya

X10 [END]Where stories live. Discover now