Bagaimana menceritakan ini, rasanya sulit sekali mengungkapkan gejolak yang membuncah di dada. Membentuk gelembung-gelembung asmara yang syahdu. Di saksikan langit biru, Angela berlari menaiki tangga menuju kediamannya.
Sungguh, ini kali pertama hatinya berdebar secepat ini. Berbeda dengan pertemuan dan perkenalan dengan pria sebelumnya atau para mantan kekasih. Wajahnya bersemu dengan mata berbinar seolah berbicara tentang rasa bahagia yang mendalam.
Sambil berjalan menuju pintu putih di sana, ia mengikat rambut asal dengan tas yang dijinjing ringan. Angela memutar badan dengan mengangkat tangan dan bahu samar. Menghirup udara pagi yang sejuk.
Inikah cinta?
Ia membuka pintu kasar dan aroma wangi masakan langsung menyeruak ke segala sudut. Menuju dapur dan mendapati sahabatnya tengah sibuk memotong sayur untuk sarapan mereka.
"Huwaa, Xia, tolong aku," ucapnya memeluk Xia. Menempelkan wajah di punggung sahabatnya.
Xia melirik dan menggeleng samar. Mungkin ia bisa menebak apa yang membuat Angela mendadak gila.
"Kau kenapa?" tanya Xia yang tetap fokus pada masakannya.
Angela tersenyum tipis. Mempererat pelukan tersebut. Dadanya justru semakin bergetar saat Xia memberikan pertanyaan itu padanya.
Mulai dari mana harus bercerita? Mata, bibir, atau tatapannya yang mematikan?
Angela bingung.
Tiga detik kemudian, ia melepaskan pelukan itu dan mulai mengatur napas yang tak terkendali. Menarik oksigen sebanyak mungkin, lalu mengembuskan perlahan. Tangannya secara impulsif mengikuti tarikan dadanya.
"Minum dulu." Xia menyodorkan segelas air putih padanya. Ia masih tak mengerti kejadian apa yang membuat Angela hampir gila.
Xia meletakkan spatula di atas meja. Berdiri dihadapan Angela. Ia bisa menangkap aura berbeda dari wanita itu. Wajahnya terlalu bersinar untuk seseorang yang kelelahan karena olahraga.
Tak mendapatkan respon apa pun, Xia kembali beralih merampungkan tugas memasak. Mengisi perut yang mulai keroncongan. Mengaduk sayuran di wajan.
"Xia ...."
"Eumm, ada apa?" jawab Xia ringan.
"Katakan bahwa ini bukan mimpi," timpal Angela menarik garis tipis di bibir sambil meletakkan kedua tangan di pipi dan menggerakkan pelan.
Xia menghela napas panjang sambil memutar badan menatap wanita yang tengah tersenyum ke arah atap. Ia hanya bisa menggeleng dengan mengusap dada, sabar.
"Tidak panas." Xia meletakkan telapak tangan di keningnya. "Atau ada setan yang sedang merasuki?"
"Aish! Kau tidak mengerti, Xia," sela Angela menepis tangan Xia. Berjalan dua langkah dan meletakkan tangan di meja. Sorotnya teduh menatap dinding putih di depannya. "Huwaa, bagaimana aku mengendalikan hatiku," jeritnya histeris.
Ia meraih tubuh Xia kasar. Mencengkeram dua lengannya untuk menghadap ke arahnya. Sontak perlakuan ini, membuat wanita itu terdiam. Menatap Angela penuh pertanyaan.
"Percayalah, aku tadi bertemu malaikat. Eh, bukan pangeran," ucapnya meralat. "Bukan pangeran, sepertinya dia adalah jelmaaan dewa hermes."
"Dasar gila," ejek Xia. Melepaskan tautan mereka.
Sumpah demi Tuhan, wajah itu sangat mengesalkan. Ingin sekali menyuapkan satu sendok garam ke dalam mulut Angela untuk mengembalikannya ke dunia nyata.
"Kau tidak percaya padaku?" tanyanya menarik baju Xia dari belakang.
"Tidak," jawab Xia singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...