Pada awalnya semua berjalan dengan baik seperti apa yang direncanakan. Bahkan, tidak terpikir sedikit pun akan terjadi hal seperti ini. Nyatanya perasaan dan hati manusia akan selalu berubah seiring berjalannya waktu.
Angela menggerutuki kebodohan yang dia lakukan, meskipun tiga hari yang lalu, Xia telah kembali seperti semula. Menyapa, tersenyum dan tak ragu untuk bergurau seperti biasanya.
Akan terapi, ini justru membuat wanita keturunan Inggris-Korea itu, semakin dilema.Angela duduk di ranjang dengan kaki dilipat ke depan. Tatapannya kosong memandang dinding putih dengan beberapa stiker bunga sakura yang menempel di sana. Seperdetik kemudian, ia menunduk. Menghela napas yang terasa berat. Pertahanannya runtuh. Buliran bening berkilau di wajah.
Ini rumit untuk dijelaskan. Perasaan dan hatinya makin kacau. Ulah pria yang hampir membuat hubungannya dengan Xia hancur. Bagaimana ia menepati janji pada sahabatnya itu. Sedangkan dirinya tak mampu membuat keputusan yang tepat.
Sikap Taehyung lah yang membuat pikirannya berubah. Perlakuan baik darinya kian menumbuhkan rasa ingin memiliki. Namun, ke egoisayegoisan pasti akan membawa kehancuran dirinya. Ia memahami itu.
Tak lama ponselnya berdering. Ia segera mengambil dan melirik nama yang muncul di layar.
Ami Calling ....
Angela tersenyum mengangkat panggilan tersebut. Berbincang dengan sahabatnya kurang lebih setengah jam lamanya.
Setelah itu, ia mematikan panggilan, membanting tubuh di matras. Ragu untuk memenuhi ajakan Ami untuk bertemu nanti malam. Takut, kalau sahabatnya akan bertanya hal yang tak mampu dijawab.
Segala masalah ada jalan keluar. Ia harus bergegas menyiapkan semua, sebelum menemui Ami.
Seketika aroma kopi menyeruak begitu ia menginjakkan kaki di sana. Angela sempat terpikat dengan desain kedai kopi bernama 'Cafe Amay', dinding putih bersih ditempel beberapa gambar perkebunan kopi dan gunung yang tinggi. Lampu hias berjejer apik, menggantung di atap dengan ukiran sederhana.
Senyumannya meluas ketika mendengar lagu kesayangan di putar. Ia pun memempercepat langkah menuju Ami yang terus melambai ke arahnya.
"Uwah, lihatlah siapa yang datang." Ami berdiri menyoroti Angela, terpukau. "Bagaimana bisa semakin cantik begini? Dengan penampilan seperti ini, pasti mudah menggaet banyak pria tampan di luar sana."
"Sembarangan." Angela memukul dahinya. Ami memanyunkan bibir, manja. "Jangan mengada-ada, cepat pesan makanan untuk kita."
Ami terkekeh. "Aku yakin, banyak pria yang gemas dengan ocehanmu."
Angela menyeruput kopi hitam tanpa gula yang sudah di pesan tadi. Ia bilang, rasa pahit kopi membuat kita mengerti akan kehidupan yang tak selalu manis. Ada pahit dan asam yang tersembunyi dalam kelamnya dunia.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Ami penasaran.
Angela menghela napas dan tersenyum tipis. Meletakkan gelas kopi, lalu menggenggam erat. Memandangi warna hitam yang tidak terlalu pekat, sedikit menunduk sambil menghirup aroma yang ke luar dari sana.
"Semua berjalan dengan baik," dustanya.
***
Angin malam berembus cukup tenang. Namun, sesekali terlihat menyibakkan hordeng dan rambut laki-laki yang tengah duduk di depan jendela. Taehyung menikmati waktu istirahat dengan bermain game kesayangan. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk meringankan beban di pundaknya akibat pekerjaan yang tak kunjung habis.
Terdengar pintu berderit setelah seseorang mengetuknya. Namun, ia tak lantas menoleh. Membiarkan sang ayah masuk begitu saja.
Kim Rui, ayahnya menghampiri. Menepuk dan memberi sedikit pijatan di bahu sang putra sulung. Taehyung tersenyum, menoleh dan menepuk punggung tangan sang ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
Fiksi PenggemarMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...