Part 20

264 22 17
                                    

Kebijakan yang diberikan perusahaan pada Angela membuat pikirannya jauh lebih tenang. Ia mengistirahatkan tubuh lelah di rumah.

Seperti biasa, sebelum melakukan aktifitas rutin, Angela akan menyempatkan sarapan bersama Xia. Menyapa dan memeluk bahkan tak segan untuk mengganggu kesibukan teman seatapnya tersebut.

Namun, ada yang aneh pada sikap Xia pagi ini. Wajahnya di tekuk masam. Angela dapat merasakan aura tidak baik dari kejauhan.

"Eumm, Xia, apa kau sedang sakit?" Angela berhati-hati. Xia menggeleng samar sambil mengoleskan selai coklat ke roti. "Ada masalah kah?" Sedikit takut bertanya saat seperti sekarang.

Tak lama sebuah tatapan sinis dan tajam mengarah padanya. Angela menelan ludah sulit.

Ada yang salah, ya?

"Angel!"

Ada getaran dan debaran kuat saat Xia memanggil namanya lantang. Entahlah, tanpa sadar, ia merasa takut pada tatapan itu.

"Apa yang sedang kau sembunyikan?"

Baru gigitan roti kedua, nafsu makan mendadak hilang dan perutnya menjadi kenyang. Angela tahu ada masalah yang sedang terjadi.

"Tidak ada." Ia gugup. Meneguk satu gelas susu segar.

"Jangan berbohong. Aku tahu, kau menyembunyikan sesuatu dariku." Xia memicingkan mata curiga.

"Kebohongan apa, Xia? Aku ... aku tidak mengerti maksudmu." Mengapa Angela panik.

Xia tersenyum menyunggingkan sudut bibir. Tatapannya nyalang dan sengit, Angela memilih untuk menghindari sorot mata itu.

Belum pernah sekalipun, Angela melihat ekspresi seperti ini. Raut wajah yang membuat seluruh bulu halus meremang. Tak lama, terdengar Xia menggebrak meja kasar. Ia terperanjat kaget.

"Katakan dengan jujur! Apa hubunganmu dengan Taehyung sebenarnya?" Xia membentak.

"Aa--aku ..." Panik dan gugup. Angela mengigit bibir bawah kalut. "Tunggu Xia, hubungan kami hanya sebatas rekan kerja tidak lebih."

Xia terkekeh. "Hah, kenapa? Kenapa kau mencoba memberi alasan padaku?" Tak lagi ada senyuman ramah seperti sebelumnya. Xia terlihat benci. "Aku kecewa padamu, Angel."

Suara Xia terdengar lirih. Senyuman tipis lebih tepatnya menyeringai, wanita itu melempar serbet sembarang. Berdiri hendak meninggalkan meja makan.

"Tunggu, Xia, kau salah paham." Angela pun mengikuti. Berusaha meraih jerami yang terus menepis tangannya. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan, aku bisa menjelaskan semuanya."

Tak lama Xia memutar tubuh menghadap ke arahnya. Matanya menyipit menyoroti aksinya.

"Bagai dengan perasaanmu?"

Pertanyaan yang sulit diawab. Aneh, padahal Angela tinggal mengatakan bahwa tak ada perasaan apa pun. mengapa lidahnya kelu untuk berdusta.

Manusia selalu tidak puas dengan apa yang dimiliki. Bersikap serakah seakan mampu menggenggam dunia.

Helaan napasnya terdengar berat. Sulit untuk mengatur emosi dan menyeimbangkan hati.

"Heh, aku bisa menebaknya." Ucapan Xia terdengar nyalang. " Tidak adakah pria lain untuk kau kencani?"

"Bukan seperti itu, Xia, aku ...."

Xia tersenyum getir. Angela mengerti akan kegelisahan yang dia rasakan. Memberi alasan hanya akan menambah masalah. Ia membeku dan membisu.

"Jadi, kau berniat membalas perlakuanku, Angel?"

Pertanyaan itu, membuat Angela memicingkan mata tak suka. Ia paham siapa yang di maksud.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang