"Neon." Angela tersenyum. Matanya mengerjap sayu.
"Angela!"
Neon yang menyaksikan segera berlari sebelum semua benar-benar berakhir. Menarik sekuat mungkin tubuh kecil yang mata berkaca-kaca itu. Namun, setelahnya Neon justru dibuat meradang.
Angela tertawa lepas. Tingkahnya terlihat aneh. Wanita itu seperti sengaja mempermainkannya atau hanya sebuah pengalihan atas kejadian barusan.
"Kau gila, hah!"
Angela melirik sembari menarik napas dalam. "Aku tak tahu," jawabnya dengan perubahan wajah singkat.
"Ada apa? Kenapa kau jadi seperti ini, Angel?" tanyanya dengan tatapan lembut.
Pria itu tahu, meski dirinya tak dapat memiliki Angela setidaknya, ia bisa menjadi teman terbaik untuk wanita itu. Entah sudah berapa kali, Neon mengungkapkan perasaannya, tetapi selalu ada penolakan dengan alasan yang berbeda.
Mau bagiamana juga, Angela adalah sahabat dekat sepupunya, Ami dan dia termasuk dalam daftar terpenging di kehidupan Neon. Ya, friendzone pun tak masalah, asal masih dapat melihat wajah cantik itu.
"Aku tak mempermasalahkan tentang dirimu yang menghindariku. Tidak apa-apa Jika kita hanya berteman. Asal engkau nyaman, aku pun tak masalah. Tapi apa yang kau lakukan barusan?"
Neon melangkah dan ragu untuk meraih tangan yang terlihat gemetar itu. Namun, ia tak peduli lagi meski penolakan yang akan diterima atau bahkan tamparan seperti di drama.
Pria itu menelan saliva sulit membayangkan apa yang dipikirkan, saat tangan Angela melayang menampar pipinya yang terdapat goresan luka lama masa kecil.
Hiks!
Namun, bayangan itu segera menghilang ketika mendapati Angela tersengut-sengut dengan wajah pilu menatapnya.
"Neon." Tangisnya pecah merangkul tubuh Neon yang belum siap sepenuhnya.
"Cup-cup." Pria itu segera mendekap dan mengusap punggungnya perlahan. "Menangis jika itu membuatmu tenang."
Sejak pertemuan saat itu, dirinya dan Angela semakin dekat. Meski tak sering bertemu, tetapi dia selalu menyempatkan waktu untuk menemui wanita itu.
Hari ini pun, Angela menghubunginya dan mengatakan hal aneh yang membuatnya rela meninggalkan pekerjaan. Ditambah pesan dari sepupunya Ami yang telah menitipkan Angela padanya sebelum dia pulang ke kampung halamannya di Hongkong.
Tak banyak yang diutarakan Angela padanya tadi, hanya saja ada beberapa kalimat aneh yang terasa janggal dan secepat mungkin, ia pergi menemui Angela di sini.
Dari mana ia mendapatkan alamat ini?
Tentu dari postingan instagram Angela yang sengaja du-upload dengan caption 'for the last' yang ditambah emotikan senyum.
Bibir Angela bergetar dengan pupil mata mengecil. Wanita itu teramat lemah untuk menopang bobot tubuhnya. Ia tumbang dalam pelukan hangat Neon.
"Ada apa denganmu, Angel? Selama ini kau selalu mengatakan baik dan baik, meski aku memaksamu untuk bicara."
Hiks!
"Aku tak berniat mengungkit rasa sakitmu, aku hanya takut sesuatu terjadi padamu. Kau harus tahu bahwa kau itu berharga untukku dan orang lain." Mengusap rambut wanita yang tingginya hanya sebatas dagu. "Jangan sakiti dirimu, Angel, ingat masih ada orang yang sangat membutuhkanmu saat ini."
Angela terdiam sesaat. Ia baru sadar bahwa ada satu nyawa yang harus ia jaga. Sekali lagi, ia kian terisak dalam nangis yang menyiksa.
Air matanya jatuh lebih banyak dari rintik hujan hari ini. Neon yang akan menjadi penghapus butiran bening itu. Pria itu akan setia menemani Angela hingga si wanita merasa lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...