Part 22

238 26 16
                                    

Taehyung berjalan santai memutari kolam yang terletak di sekitar taman. Ia menghela napas panjang, menghirup udara yang tidak jauh dari kantornya. Hari ini, Gimin mengajaknya untuk bertemu setelah makan siang berlalu. Beberapa menit kemudian, ia duduk di bangku putih yang menghadap jalan raya.

"Fyuhh, kenapa ibu bisa sedekat itu dengan wanita aneh itu." Mendongak kepala menatap langit yang cerah. Tak lama bibirnya mengulas senyuman tipis. "Kenapa aku jadi merindukan saat pertama kali bertemu dengannya dulu."

Tak ada yang ia inginkan. Hanya saja, ia tak mengerti mengapa sikapnya Angela bisa berubah 180 derajat. Ini sungguh di luar dugaan. Sikap manisnya mendadak hilang diganti dengan kegarangan.

Ini sempat berpikir, mengapa hanya kepadanya sikap dingin itu ditunjukan. Padahal, ia sering melihat Angela tersenyum ramah pada pria lain. bahkan, beberapa saat lalu, Taehyung melihat Angela berjalan bersama seorang pria yang tidak ia kenal.

Lamunannya memudar ketika klakson berbunyi keras tepat di depannya. Sontak ia menggumpal.

"Woi! Aku belum tuli!" Ia tahu, mobil itu adalah milik temannya, Gimin. "Brengsek!"

Tak lama, seorang pria dengan setelan jas rapi keluar dari sana. Ia berdiri dengan satu tangan di atas atap. Terkekeh melihat kekacauan sahabatnya.

"Maaf, sengaja." Taehyung mengalihkan pandangan kesal. "Cepat naik. Mereka sudah menunggu."

Mobil itu berjalan setelah keduanya menaikinya. Melaju dengan kecepatan sedang.

"Kemana yang lain?" tanya Taehyung mencari sahabatnya yang lain. Menengok ke kanan dan kiri yang kosong.

Gimin mengangkat bahu samar. "Mungkin sedang dalam perjalanan."

"Oh." Taehyung duduk diikuti Gimin yang duduk di depannya.

Setelah minuman disiapkan, Taehyung segera menenggak seperti seseorang yang kehausan.

"Sudah sampai tahap mana, Bo?" tanya Gimin membuka kaleng bir dengan kadar alkohol 5%, lalu memberikan pada Taehyung dan dirinya.

Taehyung mengambilnya dan segera menenggaknya lagi. Gimin menggeleng dan tersenyum menyeringai. Ia tahu, Taehyung sedang ditimpa masalah berat.

"Apa yang kalian tunggu?" lirik Gimin pada sahabatnya itu.

Wajah Taehyung terlihat kesal. Tanpa ragu Ia mengambil satu kaleng bir lagi dan meneguknya.

"Ahh!" Mengusap bibir yang basah. Gimin ber-smirk. "Jangan membahas masalah yang tidak seharusnya dibahas," tekannya pada pertanyaan Gimin yang sulit dijawab.

Tak ada kata yang lebih tepat dari kehancuran hati Taehyung. Gimin tahu, dia bukanlah lemah, hanya saja ragu pada perasaannya saat ini.

"Apa dia mempermainkanmu?" tebak Gimin.

Taehyung melirik tajam. Lalu membuang wajah kesal. "Aku tidak tahu," jawabnya singkat.

"Bagaimana dengan wanita itu?" Pertanyaan Gimin ditanggapi serius oleh Taehyung. Dia memicingkan mata, penasaran. "Wanita yang mencuri ciumanmu waktu itu."

Angela?

"Bukankah dia cukup menarik. Kau tahu, aku sudah melihatnya waktu itu." Taehyung terlihat tak peduli setelah itu. "Tubuhnya cukup indah untuk dinikmati, sepertinya."

"Tutup mulutmu!" bentak Taehyung spontan. "Dia bukan wanita seperti yang kau pikirkan."

Lagi-lagi Gimin terkekeh. Tak biasanya Taehyung sekesal ini, saat membahas wanita. Bahkan, ketika Xia dibicarakan secara mesum, dia tampak biasa saja menanggapi.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang