Part 13

243 21 33
                                    

Sinar mentari menyelinap masuk lewat celah kaca. Di balik selimut putih, Taehyung masih terlelap meskipun cahaya keemasan berusaha mengusik tidurnya.

Tenggelam dalam angan dan bayangan semu seseorang. Berharap tak seorang pun mengusik bahkan membangunkannya saat itu.

Ini terlalu indah untuk dilewatkan. Dia---Si penawar---racun kehidupan.

Dibalik semua itu, ada perasaan yang tiba-tiba membelenggu. Satu kata bermakna penuh arti.

Harapan.

"Tuan, bangunlah, ini sudah hampir lewat jam tujuh." Namri menarik paksa kain lembut yang menutup tubuh kekar sang majikan. Memanggil namanya pelan tanpa sentuhan. Sedangkan Taehyung masih enggan meninggalkan dunia yang dipenuhi ilusi.

"Arghh, kenapa hobi sekali mengganggu tidurku," ucap Taehyung dengan suara berat khas bangun tidur.

"Selamat pagi, Tuan. Bagaimana tidurmu?" Namri tersenyum menyambutnya.

Sedangkan Taehyung masih enggan beranjak dari sana. Hanya sesekali mengerjapkan mata untuk melirik sosok pria yang tiga puluh tahun lebih tua darinya.

"Aku ingin tidur lagi. Jangan mengangguku. " Menarik selimut kembali. "Pergilah, Paman, tunggu lima menit lagi."

Setelah sepuluh menit kemudian, Taehyung masih belum terlihat tanda-tanda untuk segera bangun. Maka, tanpa ragu dan sungkan, Namri memanggil Chain Bae, ibunya.

"Mau dicoret dari daftar ahli waris?" Ucapan Chain tedengar lembut, tetapi mematikan.

"Yah, ibu!" Sontak Taehyung beranjak dan berlari dengan wajah masam bersungut-sungut.

Segera bergegas melangkah menuju kamar mandi. Membasuh mata yang sulit terbuka. Setelah mencuci wajah dan menggosok gigi, kini beralih ke pemandian dengan cucuran air hangat yang mengaliri tubuh besarnya.

Full naked, telanjang bulat tanpa sehelai kain pun. Menggosok rambut serta seluruh badan. Ia bersenandung, tetapi tiba-tiba terhenti.

Bayangan apa tadi?

Kilas kejadian random yang berputar di otaknya yang cukup mesum. Sebuah kejadian yang ia sendiri lupa dan mungkin juga hanya harapan dari fantasi liarnya saja.

Setelah cukup membersihkan badan, ia bergegas mengenakan pakaian rapi dengan dibalut jas dan dasi. Taehyung tersenyum ketika mendapati dirinya yang lain terlihat tampan dalam pantulan cermin di sana.

"Eh, apa ini?" Mengusap tanda merah di bibir. "Siapa pelakunya, nyamuk kah?" tanyanya pada diri sendiri,  memastikan tanda yang tertinggal.

Cukup lengkap penampilan hari ini. Senyum tipis khas dirinya dilayangkan pada orang tua, tetapi tidak untuk di nakal, Hyungi.

Sebab waktu kerja sudah mepet, Taehyung terlihat buru-buru memakan sarapan yang tersedia, juga untuk menghindari pertanyaan jebakan dari sang ayah perihal semalam.

"Berangkat sekarang, Tuan?" tanya Namri setelah Taehyung berasa dalam mobil. Pria itu hanya mengangguk.

Mobil pun melaju. Meninggalkan rumah mewah dengan halaman seluas lapangan bola, juga gerbang tinggi otomatis akan tertutup ketika remote ditekan.

"Jam berapa Gimin mengantarkanku pulang, Paman?" tanya Taehyung sambil membaca schedule hari ini.

"Tuan Gimin belum menelpon Anda?"

"Tidak ada telpon dari siapa pun sejak tadi," jawabnya tegas.

Namri yang berada di depan bersama sopir sempat melirik untuk memandang ke arah pria tampan yang pernah diasuh waktu kecil dulu.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang