Part 7

297 26 9
                                    

Masih teringat jelas, tautan kasar yang terasa lembut menyentuh bibirnya. Lumatan dan esapan samar yang Taehyung lakukan.

Sorot mata itu ....

Angela menepuk pipi sekeras mungkin. Menyadarkan lamunan yang terlalu jauh berlebihan. Ia menyadari bahwa hanya ia seorang yang merasakan perasaan gelisah.

Jalan setapak yang dilewati Angela terasa begitu panjang. Langkahnya pun sulit. Sorot matanya sendu.

Dikarenakan hatinya sedang kacau, sore ini, ia memilih untuk menenangkan diri sejenak.

Menghampiri beberapa anak yang tengah bermain di lapangan sebelah sana. Mereka berebut, menendang bahkan tak segan mendorong lawan hanya untuk mendapatkan satu bola sebagai rebutan.

Ia tersenyum tipis. Ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya, canda tawa anak-anak itu, bisa menurunkan sedikit kegelisahannya.

Lalu, ia beranjak menuju kursi di sisi kiri dan duduk dengan menyilangkan kaki. Menutup bagian paha yang ter-ekspos dengan tas.

Sesekali Ia berteriak memberi semangat dan juga melepaskan beban di hati. Ini dilakukannya pada saat tertentu sebab almarhumah sang ibu pernah mengatakan seperti ini.

'Katakan apa yang ingin kau katakan dan teriakan segala keluh kesahmu pada dunia'

Setengah jam berlalu. Tanpa ada pergerakan maupun pelampiasan lain selain teriakan tadi.

"Semangat! Aku yakin kamu mampu!"

Ia mengatur napas sulit. Menghirup udara sore yang sejuk. Menambahkan oksigen sebanyak mungkin sebab sianh tapi, ia hampir kehilangan napas karena tautan itu.

Wajahnya cukup bersinar dengan sorot mata berbinar-binar, tetapi itu sebelum seseorang datang merusak momentum hangatnya.

"Robert?"

Datanglah pria dengan setangkai bunga mawar di tangan. Dengan jantannya menumpu kaki berlutut di depan Angela.

Wanita itu tak berkutik. Panik, gugup dan takut. Pandangannya meluas, menoleh ke segala arah.

Tatapan Angela seolah menujukkan ketidaknyamanan saat Robert berlutut di depannya. Apalagi dengan tidak sopan meraih tangannya dan meninggalkan kecupan tanpa permisi.

"Angela ...." Robert tersenyum merekah. "Maafkan ...." Hanya itu yang mampu ia ucapkan.

Angela mengernyitkan dahi, menatap penuh tanya. Banyak pertanyaan yang mendadak muncul di dalam otaknya.

"Untuk apa?" tanya Angela dengan suara cukup lirih.

Tanpa persetujuan Robert kembali meraih jemari halus itu. "Untuk semuanya." Menjeda ucapan hanya untuk menatap wajah cantik Angela. "Atas semua kesalahan yang aku lakukan. Meninggalkan dan membuat luka di hatimu," akunya sendu.

Hampir saja, ia terkekeh mendengar pengakuan barusan. Dengan cepat menarik kembali tautan tangan Robet. Ia berdiri menjauh.

"Jadi, apa maumu?"

Jelas, itu tedengar menantang.

Robert enggan menjawab. Bahkan tak jua bergerak dari tempatnya. Ia terlihat menunduk penuh penyesalan.

Mungkinkah atau hanya sebuah sandiwara dari sang mantan. Tetap sana, hati Angela tak terketuk melihat itu.

Robert adalah mantan pacar Angela. Lima tahun lalu, tepatnya satu tahun setelah kedatangannya ke Korea. Hidup menetap di tanah kelahiran sang ibu. Ia dipertemukan dengan pria baik nan romatis ini.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang