Seberapa pun banyak kebaikan diciptakan tak lantas membuat keegoisan menghilang. Dari masa ke masa, manusia berpijak pada kemauan semata. Sedangkan nurani kadang pergi entah ke mana.
Langit membentang dengan keindahan sinar bulan dan bintang. Ditemani semilir angin malam yang menerpa kulit tipisnya. Sejak pertemuan kedua dengan Taehyung tadi, Xia terus terbenam dalam angan. Menyendiri dalam bayang-bayang semu.
Tak dipungkiri memang, sikap Taehyung terkesan baik di matanya. Dia Sopan meski kadang sedikit menjengkelkan. Akan tetapi, ia tak bisa meninggalkan tatapannya pada pria di sampingnya ini.
Pria yang tengah fokus mengendarai mobil dengan satu tangan menggenggam jarinya erat. Sesekali, dia menoleh hanya untuk tersenyum padanya.
"Sudah makan?" tanya Jimmy penuh empati. Xia menggeleng samar. "Mau makan bersama?"
"Tidak perlu, maaf karena aku tidak bisa meninggalkan Angela makan sendiri," sahutnya, sungkan.
Jimmy tersenyum. Melepaskan tautan tangan mereka dan kini beralih menyentuh kepala. Mengusap dan membelai dengan lembut.
"Tidak apa-apa, lain kali saja."
Setelah Jimmy mengantarkan pulang sampai di depan gang. Xia lekas berlari menaiki tangga menuju rumahnya. Ia tahu, jika seseorang mungkin sedang menggerutukinya.
Benar saja, saat membuka pintu rumah, hal pertama kali yang ia lihat adalah wajah masam Angela.
"Terlambat lagi."
Xia tersenyum menanggapi tatapan tajam yang hampir menusuk matanya. Ia berjalan beberapa langkah mendekati wanita yang tingginya hampir sama dengannya.
Meraih pundak Angela dan menepuknya. Sesekali mengusap dan membelai kepalanya.
"Maaf, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Ia menatap Angela takut. "Ayo makan, aku membawa masakan kesukaanmu."
Angela menggeleng, menolak tawaran itu. Ia berjalan tegak menghampiri Xia. Sempat tatapannya sayu, lalu memeluk wanita itu erat.
Xia tak mengerti harus menanggapi bagaimana. Ia menghela napas berat. Melingkarkan tangan di punggung sahabatnya. Mungkin, saat ini Angela tengah menahan sesuatu di dada. Perasaan yang mencekik hati.
"Mau sup rumput laut dan capchai?" tawar Xia di tengah keheningan. Sontak senyum simpul Yoona tunjukkan.
Xia terkekeh. Ternyata tak susah membujuk Angela. Sediakan saja beberapa plastik rumput laut kering. Jadi sewaktu-waktu Angela marah, tinggal memasak itu untuknya.
Dapur minimalis tersusun rapi, bersih dan semua tampak benar-benar diperhatikan tata letaknya. Piring, gelas, mangkok berada di dalam kaca. Sedangkan Spatula dan sendok sayur lainnya, menggantung di sebelah kanan sana.
Xia mengikat rambut asal. Menampilkan leher jenjang yang mulus, tetapi terdapat beberapa tanda merah, mungkin bekas gigitan nyamuk.
Angela tersenyum saat melihat betapa lihai sahabatnya memotong dan menggabungkan beberapa macam sayur menjadi satu kesatuan yang menggiurkan mata.
"Mau coba ini?" Xia mengarahkan sendok yang berisi masakannya. Secara impulsif Angela membuka mulut lebar. "Bagaimana rasanya?"
"Very good, numuro ini," puji Angela memberi dua jempol padanya.
"Eum, resep masakan ibu memang numoro uno," kekehnya.
Xia berbinar. "Sungguh?"
"Eumm." Angela mengangguk.
Tak ingin membuang waktu, ia harus segera melanjutkan pekerjaan. Memindahkan masakan tersebut ke piring. Menyiapkan mangkok dan pasang sumpit yang terbuat dari stainless steel untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...