Part 1

2.5K 109 33
                                    

Jemarinya masih sibuk dengan logam pipih silver di tangan. Tak ada yang lebih menyenangkan selain memainkan gambar bergerak di sana. Dua manik coklat itu, enggan beralih sedikit pun. Menikmati waktu luang di ruangan yang berukuran tidak lebih dari dua meter. Dinding putih dengan satu wastapel serta sebuah cermin yang  seolah tengah menatapnya. Ini terlalu seru untuk ditinggalkan.

Kegilaan Angela akan game membuatnya sering melupakan waktu dan tempat. Tak jarang, ia memainkan HP saat sedang buang air besar. Seperti saat ini.

Kebiasaan sudah mendarah daging sejak lama. Bahkan wanita itu sudah mendapatkan gelar master programmer yang didapatkan tahun lalu. Beberapa piala berderet di lemari kaca kediamannya. Angela juga tak sungkan berbagi ilmu tentang hobinya.

"Angel! Nona Angela! Kau mati atau bagaimana, hah? Sudah satu jam lebih aku menunggumu di sini. Bukannya apa, aku hanya takut cermin di sana bosan melihat wajahmu," teriak Xia Lee yang terdengar samar.  Menggedor pintu puluhan kali dan hanya satu kali Angela menyaut panggilannya.

Xia Lee adalah teman yang tinggal satu atap dengan Angela. Mereka telah bersama sejak tiga tahun lalu. Di mana ayah Angela menitipkan wanita yang satu tahun lebih muda darinya.

Kedekatan mereka terjalin begitu erat. Bahkan orang-orang di sekitar sering mengatakan bahwa ada kemiripan pada beberapa struktur wajah mereka. Aura keduanya juga terpancar penuh pesona.

"Aish, diamlah. Kau mengganggu konsentrasiku, Xia." Suara Angela terdengar sedikit melengking. Seperti seseorang yang terdengar sedang kesal.

"Oii, kau pikir kamar mandi itu istanamu?" Xia menggedor pintu kembali. Ia mulai hilang kesabaran. "Cepat keluar atau aku akan memanggil petugas kebakaran untukmu!"

"Ugh, dasar!"

Angela lekas memakai celana kembali setelah membersihkan area sensitifnya menggunakan tisu basah. Ia bergidik ngeri ketika mengingat kembali, saat para petugas kebakaran yang tanpa sopan mendobrak pintu toilet waktu itu. Padahal ia bebelum menyelesaikan meditasinya dan dalam keadaan tak memakai celana.

Ia keluar dari toilet dengan tatapan tajam penuh kekesalan. Angela bahkan membuang wajah saat melihat Xia terkekeh padanya.

"Apa? Mau marah lagi?" tanya Xia seolah sedang menantang.

Angela menarik bibir atas, menatap Xia penuh drama. Ia tahu bagaimana wanita itu akan mengalahkannya dalam perang mulut nanti. Sudah menjadi makanan sehari-hari.

Ia hanya akan diam saat Xia mengucapkan banyak wejangan padanya. Wanita itu memang pandai dalam mengolah dan merangkai kata membentuk sebuah kalimat obyektif.

"Yak, Xia!"

Rintih Angela saat sebuah pukulan pelan mendarat di kepalanya. Ia melirik pada wanita di depannya sambil mengusap kepala untuk mengurangi rasa sakit.

"Ckckck, anak ini," cibir Xia menatap nanar Angela. "Aku tak membayangkan susahnya bibi Rae mengandungmu waktu itu." Xia menggeleng lemah. Kemudian mengayunkan langkah meninggalkan wanita yang tengah bersungut-sungut memandanginya.

Xia tak perduli. Toh, ini sudah menjadi satu tugasnya sebagai pengasuh Angela. Ya, meskipun umur mereka tak jauh berbeda, tetapi Xia lebih terlihat dewasa dan bijaksana.

"Yak, Xia Lee! Dasar kau menyebalkan!"

Xia hanya terkekeh dan menggeleng lemah. Melambai tangan tangan meninggalkan langkah kakinya, lalu menghilang di balik pintu putih di sana.

                           ***

Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar tanpa penghalang awan. Namun, tidak untuk Taehyung. Pria itu, enggan membuka mulut atau sekedar bertanya basa-basi pun tidak.  Mobil hitam yang dikendarai sopir pribadi di temani satu asisten paruh baya bernama Namri.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang