Part 17

240 22 28
                                    

"Ini untukmu." Jimmy memberikan sekaleng minuman soda untuk Angela. "Sudah lama, ya," imbuhnya melirik wanita di sampingnya.

Pertemuan kali ini, seperti telah direncanakan olehnya. keinginannya bertemu dengan Angela memang sudah tak terbendung lagi. Apalagi, sosok wanita itu pernah sempat mengisi kekosongan hatinya.

"Bagaimana kabar kekasihmu?" tanya Jimmy menenggak minuman tersebut.

"Ahh, dia baik." Angela gugup.

Ia tak bisa menceritakan kandasnya hubungan kasih dengan Robert. Ini akan menjadi rahasia selamanya.

Jimmy tersenyum menatap Angela. "Sejujurnya, aku sempat marah pada keputusanmu waktu itu." Menatap mata Angela yang mulai sendu. "Bagaimana bisa kau membiarkan hatiku patah begitu saja."

"Maaf." Hanya itu ucapan yang mampu Angela berikan.

Mau bagaimanapun, ia tak bisa menjelaskan alasan sebenarnya pada Jimmy. Ini menyangkut perasaan sahabatnya, Xia Lee.

"Tapi aku bersyukur, kau bisa tersenyum bahagia bersamanya." Jimmy menepuk pundak Angela perlahan. "Tenang saja, aku pun sudah menemukan tambatan hatiku."

Angela tak menjawab dan justru menunduk lesu. Jika yang dimaksud adalah Xia Lee, Bagaimana dengan Taehyung nanti atau sebaliknya.

Ini sungguh rumit dari melepaskan benang yang kusut. Kisah cinta yang akan menyakiti salah satu pihak.

Jimmy mengulas senyuman lagi. Berdiri dari kursi yang ia duduki. Berjalan dua langkah menegakkan badan untuk menghirup udara di sekitar taman. Setelah lima belas menit yang lalu, mengajak Angela kemari.

"Jujur, aku sempat frustasi waktu itu, Angela. Sampai detik ini pun, aku masih berharap kau menjelaskan alasan itu padaku." Melirik Angela yang tengah menatapnya sayu.

Angela berdiri tegak. Bukan untuk menghampiri Jimmy. Namun, untuk pergi meninggalkannya sebab, ia tak mampu mengungkapkan perasaannya yang pernah rapuh.

"Tidak ada alasan dan itu tidak perlu dijelaskan, Jim. Aku sudah bahagia dan kau pun sama. Tidak seharusnya mengungkit masa lalu." Meraih tas yang diletakkan di kursi. "Aku harus kembali bekerja."

Dia berlalu tanpa menoleh ke arah pria yang tengah menunduk lesu. Ini menyakitkan. Bagaimana bisa, ia memilih mengorbankan hati untuk orang lain.

***

Sejak minggi lalu, Taehyung telah membuat janji dengan Gimin dan sahabatnya yang lain. Menghabiskan weekend untuk menikmati waktu luang yang ada.

Mereka berencana pergi ke Villa milik keluarga sahabatnya itu. Bermalam di sana dengan memanggang daging dan lainnya. Biasanya, Gimin akan memberi kejutan untuk mereka.

Apalagi kalau bukan tentang wanita yang akan menemani malam indah ketujuh pria tampan tersebut. Ini sudah menjadi tradisi untuk mereka.

Semua persiapan dan bahan makanan telah disiapkan sejak sore kemarin. Bahkan, Taehyung rela berbelanja sendiri untuk memilih bahan yang akan digunakan nanti. Dari mulai daging, sayur, kecap, cemilan, bir dan lainnnya.

Semua sudah tertata di dalam box besar yang kini berada di bagasi belakang mobilnya. Persiapan telah selesai. Saatnya menuju villa untuk bersantai dan menghilangkan penat yang ada.

Setelah menempuh jarak kurang lebih dua jam. Sampailah, ia pada dataran tinggi yang dipenuhi pepohonan hijau. Udara lumayan dingin. Namun, Taehyung tak merasa terganggu oleh itu.

Meski hanya mengenakan kaos putih berukuran besar, ia justru terlihat merentangkan kedua tangan sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Segar sekali." Ia tersenyum.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang