Part 25

251 28 27
                                    

"Kita tidak tahu, kapan seseorang akan menikam dari belakang," ucap seseorang lewat panggilan telepon.

"Hallo, siapa ini?" teriak Angel. "Jangan bercanda. Ucapan Anda tidak lucu, Tuan."

Dua detik kemudian sambungan terputus. Angela terdiam seketika. Rambutnya melambai disapu angin jalanan.

"Siapa?" tanya Ami penasaran.

Dia mengangkat baru samar. "Tidak tahu, salah sambung mungkin."

"Ada masalah?" Si Angel menggeleng. "Kenapa wajahmu murung begitu?"

Sontak langkahnya terhenti dan langsung menghadap ke arah sahabatnya. "Begini?" Menarik bibir melebar."

"Dasar!" Pukulan keras mendarat mulus  di keningnya. Tak lama mereka tertawa.

Ami tahu, sahabatnya tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, ia tak berani menanyakannya. Itu hak dan privasi Angela. Ia bisa apa, hanya bisa berdoa terbaik untuk sahabatnya.

"Ami ...."

"Iya?"

Ami meraih jemarinya. Ia merapatkan bibir sembari menepuk punggung tangan Angela. Ia menyadari sesuatu dari embusan napas berat sahabatnya.

"Katakan apa saja yang membuat hatimu lega."

Ia Merapatkan bibir menggerakan kedua kaki, menghirup udara segar di sekitar taman. Sore ini, Ami mengajak jalan-jalan. Dia bilang merindukan saat seperti ini, kapan lagi sebelum sahabatnya pergi ke Hongkong untuk waktu yang lama.

"Aku kangen makanan kampus."

"Kau! Selalu membuat khawatir." Ami merajuk. Bibir tipisnya maju ke depan. "Kukira apa, ugh, dasar."

"Hehehe." Terlihat cengiran tanpa dosa dari wanita di depannya.

***

"Dalam waktu dekat, kita akan mengadakan proyek pembangunan kantor baru," ucap Taehyung disela rapat. Namun, masih sempat melirik sosok yang sedang gelisah di ujung sana.

"Nona Angela!" Panggilnya.

Angela terperanjat. Spontan menoleh ke arahnya.

"Maafkan saya, Presdir."

Angela  membenarkan rambut karena gugup, kemudian merapikan berkas di meja. Lirikan Taehyung cukup tajam dan dialihkan kembali.

Taehyung berdeham dan melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti karena atensinya di curi oleh wanita cantik tadi.

"Proyek kita sudah hampir selesai. Setelah pembangunan gedung baru selesai di-renovasi, maka sebagian pegawai akan kita pindahkan untuk mengisi kantor cabang disana." Terlihat beberapa foto di layar besar di sana. Taehyung menjelaskan dengan detail. "Kita juga akan memilih beberapa staff managemen untuk memimpin perusahaan itu. Oleh karena itu, saya akan menunjuk beberapa orang mulai dari sekarang."

Masih saja, Taehyung mencuri-curi pandang pada wanita yang tengah fokus mendengarkannya. Entahlah, ia jadi gugup setelah itu.

Dirinya menepuk dada yang berdebar kencang. Tidak tahu penyebabnya, mungkinkah dia sedang sakit atau ada sesuatu hingga deru dan degub jantungnya tak beraturan. Ini aneh.

"Park Bo Young, Miss Eunso, Kim Namin. Anda sekalian akan ditugaskan mengawasi pegawai di sana dan Nona Angela ...."

Si empunya nama menoleh. Gugup.

"Iya, saya, Presdir."

"Anda tetap di sini untuk meng-handle penjualan produk."

Usai melakukan rapat. Taehyung merapikan berkas dibantu oleh sekretaris pribadinya. Lagi-lagi, pandangan tertuju pada sosok wanita berbalut blazer coklat di sana. Terlalu sayang untuk melewatkan tontonan ini. Caranya menata berkas, menyisir rambut ke belakang telinga, mengangkat stopmap dan caranya tersenyum padanya, patut diabadikan.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang