Angel, maukah kau kembali padaku?Ucapan itu, terus terngiang dipikirannya. Angela duduk mematung di ruang tamu. Bukannya menonton TV melaikan sebaliknya, monitor itu yang tengah menyoroti ketidakberdayaannya.
Sejujurnya, ada cinta yang masih tersimpan untuk Robert. Namun, entah mengapa, ia merasa berat untuk melangkah ke arah sana. Baginya, kaca yang sudah retak takkan bisa kembali utuh.
Jika kepercayaan yang diberikan disia-siakan, maka tak perlu lagi kembali jalan yang sama. Itu sama seperti membaca novel lama, akan tahu ending-nya.
Kopi bercampur cream serta sebungkus snack rasa jagung menemani kegalauannya. Tak habisnya mata melirik ponsel yang terus berdering.
MY ROBERT calling ...
"Dia lagi." Mengembuskan napas sengal.
Jujur saja, hingga detik ini pun, Angela 'tak tahu atas perasaannya pada sang mantan. Apakah benar cinta atau hanya kerinduan sesaat. Emosi masih saja meluap ketika melihat wajah yang selalu membuatnya menitikkan air mata.
"Mengapa datang setelah semuanya hancur." Menangkup dua lutut, meringkuk. "Aku merasa jadi orang bodoh yang 'tak berguna," gumamnya.
Hati terombang-ambing derasnya arus. Tidak ada lagi, ketenangan setelah ini. Air mata hampir mengering. Bahkan, Angela hampir lupa cara tersenyum. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Robert kembali membuka luka lama.
Suara bunyi 'bip saat pintu terbuka memaksa diri untuk mengusap wajah kasar sebab, tiga detik lalu air mata sempat menetes.
"Angel, kau belum tidur?" tanya Xia terengah.
"Belum." Mengalihkan pandangan, malas.
Xia masuk dengan senyuman meluas, padahal ia tampak kesulitan membawa beberapa kantong plastik di tangan. Melepas sepatu dan menggantinya dengan selop biru tanpa meletakkan barang tersebut.
"Kamu sudah makan?" Angela menggeleng. "Kebetulan sekali. Tadi aku mampir membeli makanan kesukaanmu."
Xia segera duduk dan mengambil satu bungkus makanan. Sesekali mata melirik wajah suram di sampingnya.
"Cepatlah dimakan agar tidak dingin." Meletakkan mie dalam kotak di depan Angela.
Ada gelagat aneh dari Xia. Angela melirik heran saat Xia tersenyum penuh arti memeluk boneka harimau yang baru dibeli.
Padahal, Xia tidak terlalu menyukai hal-hal yang berbau kapas maupun bulu. Sahabatnya itu, bshkan selalu menghindari bermain boneka saat kecil.
Tumben?
Angela menyeringai. Sifat usilnya kembali diuji. Menggangu Xia adalah kesenangan tersendiri. Dengan kecepatan yang melebihi kilat, Angela merebut boneka dari tangan sahabatnya.
"Yak, apa yang kau lakukan? Cepat berikan boneka itu!" Xia menengadahkan satu tangan. Meminta dengan sangat.
"Hmm, no no no, tidak bisa. Ini akan jadi milikku." Menyembunyikan boneka itu di belakang tubuhnya.
"Angel! Cepat berikan! Please, kali ini saja, jangan membuatku kesal."
"Aku tidak takut, wek," goda Angela mengeluarkan lidah mengejek.
Ancamanya 'tak mempan. Yang diajak bicara justru memalingkan wajah setelah itu. Terus menggenggam boneka itu meski Xia berusaha merebutnya.
"Berikan atau ...." Xia menjeda ucapan.
"Apa hah?" Angela menantang. "Seberapa pentingnya boneka ini, sampai kau berusaha merebutnya dariku." Memutar boneka itu dan mengamati dengan saksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...