Dua tahun lebih, cukup untuk membuatnya merenungi segala hal yang telah dilewati. Bekas luka dan air mata mungkin belum mengering sempurna, tetapi setidaknya ada sedikit cahaya menyinari hatinya. Meski beberapa waktu lalu kenyataan pahit kembali ia dapat.Merelakan kekasih bersama orang lain tidak semudah yang dipikirkan. Apalagi harus menyerahkan pada seseorang yang amat dia benci. Seperti halnya mentari yang hangat menyapa hari, maka akan datang terik yang menyengat kulit.
Ia bisa menjadi wanita lembut kala berhadapan pada situasi yang membuat nyaman, tetapi berubah 180 derajat menjadi seorang manusia tanpa hati saat dirinya mulai dilukai. Entah dari mana asal luka itu, yang ia tahu sakit akan menjadi boomerang untuk mereka yang hendak menyerangnya.
Di balik pintu rumah sakit di sana, dia berdiri tepat di depan bangkar pria yang tengah tertidur pulas. Ulasan senyuman tipis mewarnai wajah cantiknya.
Dalam detik ini pun, ia mulai menyalakan genderang perang pada siapa pun yang telah menjadikan kekasihnya objek wisata yang hanya dinikmati tanpa dijaga. Padahal jelas, dua tahun lalu, dia sudah memberi peringatan keras pada wanita yang telah memiliki status pernikahan dengan pria kesayangannya ini.
Jarak pandang kini 'tak sejauh beberapa waktu lalu. Jauh dari lubuk yang terdalam, Xia Lee sangat merindukan sosok yang tengah berbaring lemah dengan balutan luka di kepala.
Ia mencoba mengikis jarak lebih dekat, kemudian sedikit membungkuk untuk memberi satu kecupan hangat di bibir pria itu. Seperti sebuah dongeng 'Putri Tidur' tiba-tiba sang kekasih membuka mata tepat saat dia mendaratkan ciuman itu.
'Tak ingin melepaskan aset yang pernah Hampir dimiliki, Jimmy tanpa menunggu persetujuan langsung membalas dengan melumat bibir Xia Lee sembari menekan kepala wanita itu untuk tetap pada posisi awal.
'Tak ada penolakan. Kedua bibir saling berpagutan membalas dan menggigit, sesekali menjliat merasakan saliva masing-masing. Seakan mereka lupa bahwa sedang berada di ruangan yang mungkin kapan saja perawat, keluarga. bahkan Angela masuk memergoki aksi panas itu.
Sejak kedatangan Xia setengah jam lalu, memang tak terlihat satu pun keluarga maupun perawat masuk ke ruangan itu. Hanya satu petugas kebersihan mengambil sampah dan kemudian pergi.
Mungkin sesuatu sudah Xia rencanakan untuk hal ini. Bisa saja sebab tanpa ragu dia membuka kemeja saat ciuman panas itu terjadi. Selain mendengar musik klasik di ruangan perawatan itu, terdengar juga leguhan dan desahan kenikmatan dari mulut keduanya. Hasrat untuk melepaskan segala kerinduan yang memuncak selama ini.
"Aku merindukanmu, Xia Lee."
***
Menguji kesabaran dengan menjadi seseorang yang rela menuruti segala hal yang diminta dari orang lain. Meski hatinya terus menolak untuk mengikuti segala imteruksi yang diberikan. Pria dengan balutan pakaian rumah sakit itu, membuka mulut untuk menerima setiap suapan bubur dari calon istrinya.
Anehnya, Taehyung 'tak mengingat kapan terjadi peruntungan di antara mereka. Akan tetapi, ucapan ibunya tidak mungkin diragukan. Dengan tatapan penuh tanya dan keheranan, dia memandangi wajah Mina lebih lama dari biasanya.
Cantik memang, proporsi tubuh tidak perlu dibandingkan dengan model papan atas. Kulit dan segalanya jelas terawat dengan baik. Bahkan hanya sekali menatap, mungkin semua lelaki akan terlihat dengan pakaian minim yang melekat itu.
Taehyung berdeham. Sejenak mengalihkan atensi sang calon atau mungkin hanya pengalihan untuk kebosanannya saat ini. Dia yang sejak setengah jam lalu harus berhadapan dengan wanita yang tidak membuatnya nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...